Liputan6.com, Tokyo - Pecinta ramen di Jepang kini memiliki alasan baru untuk bersukacita.
Maruyama Seimen, produsen mi yang telah beroperasi sejak 1958, meluncurkan ramen kalengan pertama di dunia yang menggunakan mi gandum, menjadikannya alternatif lebih autentik dibandingkan mi konjac yang sering digunakan dalam ramen instan.
Baca Juga
Dilansir laman Independent, Kamis (9/1/2025), ramen kalengan ini akan tersedia di mesin penjual otomatis atau vending machine di berbagai wilayah Jepang dengan harga 500 Yen Jepang (sekitar Rp55.000).
Advertisement
Menu andalan yang ditawarkan adalah ramen rasa kecap dengan mi gandum, kuah kecap asin, potongan daun bawang, rebung fermentasi, dan seiris daging babi chashu yang empuk.
Menurut Maruyama Seimen, ramen kalengan ini dirancang untuk menghadirkan pengalaman rasa setara dengan ramen restoran. Selain itu, produk ini juga memiliki daya tahan hingga tiga tahun, menjadikannya inovasi yang tidak hanya praktis tetapi juga tahan lama.
Saat ini, ramen kalengan ini tersedia di 150 lokasi mesin penjual otomatis di Prefektur Miyagi dan 100 lokasi di Kota Mito, Prefektur Ibaraki. Namun, Maruyama Seimen berencana memperluas distribusinya ke seluruh Jepang.
Vending Machine Populer di Jepang
Mesin penjual otomatis sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jepang. Dengan rasio satu mesin untuk setiap 29 orang, Jepang memiliki kepadatan mesin penjual otomatis tertinggi di dunia. Dari minuman panas hingga pakaian, mesin-mesin ini tersebar di berbagai tempat, termasuk di puncak Gunung Fuji.
Mesin penjual ramen telah menjadi bagian dari budaya kenyamanan Jepang selama beberapa dekade. Mulai dari ramen instan dalam cangkir hingga paket ramen beku, evolusi mesin ini mencerminkan upaya menghadirkan makanan favorit dengan cara yang cepat dan mudah.
Pada 1980-an, mesin-mesin ini mulai menyediakan ramen yang dimasak terlebih dahulu, yang bisa dihangatkan di rumah. Kini, beberapa mesin bahkan dapat menyajikan semangkuk ramen panas hanya dengan sekali tekan tombol.
Perjalanan ramen kalengan dimulai pada awal 2000-an oleh Takeshi Yamada, pemilik toko ramen terkenal di Tokyo, Menya Musashi. Setelah memasak ramen untuk para korban gempa, Yamada terinspirasi untuk menciptakan versi tahan lama dari hidangan ini untuk keperluan bantuan bencana.
Namun, tantangan utama adalah menjaga tekstur mi gandum agar tetap kenyal dan tidak lembek setelah dikalengkan. Sebelumnya, mi konjac digunakan sebagai alternatif, tetapi bagi para pecinta ramen, rasanya tidak autentik dan dianggap sebagai kompromi.
Dengan peluncuran ramen kalengan berbahan mi gandum ini, Maruyama Seimen tidak hanya menjawab tantangan itu, tetapi juga memperkuat posisi Jepang sebagai pionir dalam menggabungkan inovasi kuliner dengan budaya kenyamanan.
Advertisement