Liputan6.com, Naypyidaw - Upaya terbaru untuk melelang rumah keluarga Aung San Suu Kyi pada Rabu (5/2/2025), belum berhasil. Ini adalah percobaan ketiga untuk menjual properti di tepi Danau Inye di Yangon, Myanmar, tempat di mana Suu Kyi ditahan selama hampir 15 tahun.
Tempat ini dianggap sebagai situs bersejarah perjuangannya melawan kekuasaan junta militer, yang membawanya meraih Nobel Perdamaian.
Advertisement
Baca Juga
Pada lelang sebelumnya di Agustus, harga yang ditetapkan pengadilan adalah USD 142 juta. Pada Rabu, harganya menjadi USD 141 juta atau sekitar Rp2,3 triliun (kurs 1 USD = 16,344.2 IDR). Demikian seperti dikutip dari AP, Jumat (7/2).
Advertisement
Pemerintahan Suu Kyi, yang dipilih secara demokratis, digulingkan lewat kudeta militer pada Februari 2021. Kini perempuan usia 79 tahun itu sedang menjalani hukuman total 27 tahun atas serangkaian kasus kriminal, yang menurut para pendukungnya dibuat untuk mendiskreditkannya.
Sejak itu, perlawanan terhadap pemerintahan militer semakin berkembang. Myanmar hingga hari ini terperangkap dalam perang saudara yang brutal.
Lelang yang diperintahkan pengadilan ini mengikuti perselisihan hukum selama beberapa dekade antara Suu Kyi dan saudaranya, Aung San Oo, yang telah meminta pembagian properti yang setara.
Setiap kali rumah ini dilelang, harga selalu dikurangi, namun belum ada pembeli yang muncul.
Lelang pada Rabu diadakan di depan gerbang properti tersebut yang tertutup.
Saat tinggal di sana, Suu Kyi pernah menerima kunjungan para tokoh ternama seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada 19 November 2012, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton pada 2 Desember 2011, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada 1 Mei 2012.
Seperti lelang-lelang sebelumnya, kurang dari satu menit setelah lelang dimulai, seorang pejabat pengadilan distrik keluar dan mengumumkan bahwa tidak ada penawar. Kemudian proses lelang dihentikan.
"Lelang ini tidak berhasil karena tidak ada penawar," kata pejabat yang tidak menyebutkan namanya.
Bangunan bergaya kolonial dua lantai itu diberikan oleh pemerintah beberapa dekade lalu kepada ibu Suu Kyi, Khin Kyi, setelah suaminya, pahlawan kemerdekaan Jenderal Aung San, dibunuh pada Juli 1947.