DNA tertua manusia berhasil diperoleh dari tulang paha nenek moyang kita, yang pernah hidup dan berjalan di muka Bumi sekitar 400 ribu tahun lalu.
Itu adalah tulang milik hominin, atau manusia purba, yang dikenal sebagai Homo heidelbergensis. DNA tersebut akan menjadi bagian penting dari teka-teki kisah evolusi.
Menggunakan teknik untuk mengambil dan merangkai DNA, para ilmuwan bisa merekonstruksi genom mitokondria (mt) dengan hasil mendekati sempurna, hanya dari 2 gram bubuk tulang.
Temuan, yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature tersebut juga mengarah ke hal yang tidak terduga.
Hominin pada masa awal terlihat sedikit mirip Neanderthals, awalnya mtDNA mereka diduga mengarah ke nenek moyang yang sama.
Namun, makhluk yang digali di gua bawah tanah di utara Spanyol, yang disebut 'Pit of Bones' atau liang belulang justru diduga kuat berbagi nenek moyang dengan saudara perempuan misterius Neanderthal di Asia atau yang disebut Denisovan -- yang berasal dari masa 700.000 tahun lalu.
DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya dan menghasilkan pembangkit sel.
Antropolog evolusioner Dr Matthias Meyer dari Max Planck Institute, Leipzig, Jerman mengatakan, "Fakta bahwa mtDNA dari hominin berbagi nenek moyang dengan Denisovan daripada Neanderthal sama sekali tak terduga. Sebab, kerangka mereka mirip fitur Neanderthal," kata dia seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (5/12/2013).
"Studi ini mendorong pemahaman kita tentang evolusi genetika manusia sekitar 200 ribu tahun ke belakang dari masa Akhir sampai Pleistosen Tengah."
Gua di Sierra de Atapuerca, 'Sima de los Huesos' dalam bahasa Spanyol, telah menghasilkan koleksi terbesar di dunia dari fosil Pleistosen Tengah. Total ada 28 kerangka, sehingga ekstraksi DNA lebih lanjut dimungkinkan.
"Hasil penelitian kami menunjukkan kita sekarang bisa mempelajari DNA dari nenek moyang manusia yang usianya ratusan ribu tahun," kata Direktur Max Planck Institute, Svante Paabo.
Dia menambahkan, hal tersebut membuka prospek untuk mempelajari gen dari nenek moyang Neanderthal dan Denisovans. "Sangat menarik," kata Paabo. (Ein/Sss)
Itu adalah tulang milik hominin, atau manusia purba, yang dikenal sebagai Homo heidelbergensis. DNA tersebut akan menjadi bagian penting dari teka-teki kisah evolusi.
Menggunakan teknik untuk mengambil dan merangkai DNA, para ilmuwan bisa merekonstruksi genom mitokondria (mt) dengan hasil mendekati sempurna, hanya dari 2 gram bubuk tulang.
Temuan, yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature tersebut juga mengarah ke hal yang tidak terduga.
Hominin pada masa awal terlihat sedikit mirip Neanderthals, awalnya mtDNA mereka diduga mengarah ke nenek moyang yang sama.
Namun, makhluk yang digali di gua bawah tanah di utara Spanyol, yang disebut 'Pit of Bones' atau liang belulang justru diduga kuat berbagi nenek moyang dengan saudara perempuan misterius Neanderthal di Asia atau yang disebut Denisovan -- yang berasal dari masa 700.000 tahun lalu.
DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya dan menghasilkan pembangkit sel.
Antropolog evolusioner Dr Matthias Meyer dari Max Planck Institute, Leipzig, Jerman mengatakan, "Fakta bahwa mtDNA dari hominin berbagi nenek moyang dengan Denisovan daripada Neanderthal sama sekali tak terduga. Sebab, kerangka mereka mirip fitur Neanderthal," kata dia seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (5/12/2013).
"Studi ini mendorong pemahaman kita tentang evolusi genetika manusia sekitar 200 ribu tahun ke belakang dari masa Akhir sampai Pleistosen Tengah."
Gua di Sierra de Atapuerca, 'Sima de los Huesos' dalam bahasa Spanyol, telah menghasilkan koleksi terbesar di dunia dari fosil Pleistosen Tengah. Total ada 28 kerangka, sehingga ekstraksi DNA lebih lanjut dimungkinkan.
"Hasil penelitian kami menunjukkan kita sekarang bisa mempelajari DNA dari nenek moyang manusia yang usianya ratusan ribu tahun," kata Direktur Max Planck Institute, Svante Paabo.
Dia menambahkan, hal tersebut membuka prospek untuk mempelajari gen dari nenek moyang Neanderthal dan Denisovans. "Sangat menarik," kata Paabo. (Ein/Sss)