Liputan6.com, Jakarta Teknologi yang canggih memengaruhi gaya hidup remaja masa kini. Beberapa remaja bahkan ditemukan terkena stroke. Ini semua akibat gaya hidup sedentary atau kurang aktif dan lebih banyak bermain gadget.
Staf Pengajar Program Okupasi Terapi Vokasi Hermito Gideon menyampaikan, stroke semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Tapi, kini remaja juga bisa terserang stroke.
Menurutnya, faktor risiko stroke yang mudah dan sangat penting dikendalikan adalah hipertensi. Sebanyak 40 persen kasus stroke adalah orang dengan sistole lebih dari 140 mmHg.Â
"Remaja yang sangat aktif menggunakan jari-jarinya untuk bermain HP (handphone) atau gadget berpotensi mengalami penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah, karena kurangnya aktivitas produktif," kata Gideon dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (11/4/2014).
Sebenarnya, ada metode rehabilitasi baru yang bisa mengembalikan hampir 80 persen kehidupan penderita stroke. Gideon mengatakan, ini semua bisa dilakukan dengan okupasi terapi.
Advertisement
Terapi okupasi sebenarnya merupakan pendekatan yang bertujuan mendorong pasien yang dependent (tergantung) menjadi independent (mandiri) seperti kembali menyetir dan sebagainya.
"Dengan terapi okupasi  pasien bukan hanya dibantu melakukan gross motoric seperti pada fisioterapi (aktivitas berjalan). Tapi, pasien bisa kembali mandiri seperti semula, sesuai dengan latar belakang profesi atau hobinya," katanya.
Gideon menyontohkan, setelah terserang stroke karena pecahnya pembuluh darah, dengan okupasi terapi, seorang remaja pelajar SMA kelas 1 kembali mampu bermain piano dan menjalani kehidupan normal seperti sebelum terserang stroke.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Okupasi Terapis Indonesia, Bambang Kuncoro, dalam Kuliah Umum `Terapi pada Stroke` menyampaikan, stroke sebenarnya penyakit kardiovaskuler yang terjadi akibat gagalnya suplai oksigen ke sel otak, yang berisiko terhadap kerusakan iskemik dan bisa menyebabkan kematian.
Stroke menjadi penyebab kematian ketiga setelah kardiovaskuler dan kanker. 550.000 Kasus baru diperkirakan terjadi setiap tahunnya. Padahal, penyakit ini juga berdampak terhadap ekonomi secara langsung (kesehatan) maupun tidak langsung.