Liputan6.com, Jakarta Alergi protein susu sapi menjadi kondisi umum yang dialami anak-anak di usia enam bulan pertama. Saat sistem imun anak menganggap kandungan protein pada susu sapi sebagai zat berbahaya maka tubuh akan bereaksi menolak.
"Alergi ini umumnya mengenai anak yang memang memiliki bakat alergi atopik dan biasanya diturunkan secara genetik. Jika orangtua memiliki alergi maka 50 persen ada kemungkinan sang anak juga alergi. Itu merupakan reaksi penolakan tubuh," kata Ketua Divisi Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, RSCM, dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) dalam acara Nutritalk Sarihusada, ditulis Sabtu (19/4/2014).
Gejala yang paling sering muncul pada anak yang mengidap alergi protein susu sapi menurut Zaki adalah adanya muntah, diare, darah dalam fesesnya, sesak napas serta masalah kulit seperti bentol merah atau berisi cairan.
Alergi tersebut, menurut ahli tumbuh kembang anak dr. Bernie Endryani Medise, Sp.A (K)Â dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
"Anak dengan alergi makanan lebih sering mengalami gangguan pertumbuhan yang berhubungan dengan asupan makanan seperti berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Hal tersebut terjadi karena kurangnya asupan nutrisi. Kalau memang alergi dengan makanan A misalnya ya ganti dengan makanan lain yang kandungan nutrisinya setara," kata dr. Bernie.
Asupan nutrisi yang cukup dapat membantu mengatasi masalah tumbuh kembang anak. "Kita percaya bahwa setiap anak berhak untuk tumbuh dan berkembang dengan dukungan nutrisi yang tepat dan seimbang. Terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya," kata Head of Corporate Affairs Sarihusada, Arif Mujahidin.