Beban Operasi Tinggi, Rumah Sakit Ini Terancam Bangkrut

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus Bengkulu terancam tidak dapat beroperasi lagi alias bangkrut.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 02 Jul 2014, 14:57 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2014, 14:57 WIB
Rumah Sakit
Rumah Sakit (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus Bengkulu terancam tidak dapat beroperasi lagi alias bangkrut.

Penyebabnya saat ini rumah sakit milik pemerintah Provinsi Bengkulu itu harus memikul beban biaya operasional yang sangat besar, sementata pemasukan sangat tidak berimbang.

Beban pembayaran dari para tenaga honorer medis dan non medis yang berjumlah lebih dari 300 orang tisak kurang dari Rp 460 juta per bulan. Belum lagi biaya oprasional lain yang diperkirakan melebihi angka Rp 2 Miliar setiap bulan.

Sedangkan pemasukan hanya berkisar dibawah Rp 2 miliar per bulan. Itupun harus menunggu beban piutang dari program BPJS dan sisa piutang lama dari program Jamkeskot dan Jamkesmas.

Beban ini semakin berat dengan kewajiban membayar hutang lama kepada pihak suplayer peralatan dan obat kebutuhan rumah sakit sebesar Rp 25 Miliar yang harus dicicil setiap bulan.

Direktur Utama RSUD M Yunus Desi Novarita mengaku kewalahan dengan kondisi ini, apalagi mayoritas para honorer adalah titipan para pejabat yang tidak mungkin dipangkas atau diberhentikan.

"Kita pernah coba memutuskan kontrak tenaga honorer ini tapi saya terus diteror dan ditelpon oleh para pejabat yang menitipkan mereka. Beban membayar tenaga honorer yang sudah overload ini untuk 50 orang saja mencapai Rp 80 juta perbulan. Jumlahnya ada 300 orang," ujar Desi di Bengkulu (2/7/2014).

Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik, Supriyadi menyatakan, saat ini kondisi pelayanan rumah sakit juga sangat mengkhawatirkan sebab beberapa peralatan dalam kondisi rusak. Para pasien yang memerlukan rekam medik jantung dan rontgen sinar-x terpaksa dirujuk ke rumah sakit swasta dan mereka dikenakan biaya yang sangat mahal.

"Kita juga kekurangan tenaga ahli Forensik, Rehabilitasi Medik dan Spesialisasi Radiologi. Ini yang memicu kurangnya pelayanan dan berimbas kepada pemasukan rumah sakit," ujar Supriyadi.

Wakil Gubernur Bengkulu Sultan Bachtiar Nadjamuddin menyayangkan kondisi ini dan meminta manajemen rumah sakit untuk segera mengambil tindakan cepat untuk penyelamatan.

"Manajemen harus melakukan analisa dan membuat opsi. Jangan membiarkan sesuatu yang keliru ini apalagi menyangkut pelayanan kepada para pasien. Manajemen harus merubah sistem, saya kira itu wajib sebab cuma Al Quran yang tidak bisa dirubah," tegas Sultan.

Saat ini pihak manajemen kata Sultan harus menempatkan orang yang pantas dan mampu dalam posisi kerja masing masing dan memindahkan pejabat rumah sakit yang tidak tepat memegang jabatan yang bukan bidangnya.

"Ini menyangkut nyawa manusia, menyangkut hajat hidup orang banyak. Jawabannya ada di pelayanan dan kondusifnya manajemen," demikian Sultan. (Yuliardi Hardjo Putra)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya