Liputan6.com, Jakarta Bukan hanya di negara asalnya Afrika, saat ini seluruh dunia sedang terfokus pada wabah virus mematikan Ebola. Pasalnya, seseorang yang terserang virus Ebola, risiko kematiannya mencapai 90 persen.
Deskripsi
Nama virus Ebola sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia medis. Penyakit yang lebih dikenal dengan sebutan demam berdarah ebola ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ebola dan pertama kali ditemukan di Afrika pada 1976.
Badan Penelitian dan Pengembagan Kesehatan RI mencatat, penyakit virus ebola adalah tipe demam berdarah viral yang paling mematikan bagi manusia. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Provinsi Sudan Barat dan di wilayah terdekat dari Zaire pada tahun 1976.
Gejala
Gejala
Gejala awal penyakit ini berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, dan otot, sakit tenggorokan dan gejala lain yang disertai dengan diare, muntah, sakit perut. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bahkan menyebabkan ruam, mata merah, dan pendarahan.
Penyebab
Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh seperti air liur, lendir dan jaringan orang yang terinfeksi. Penularan virus Ebola juga telah terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati seperti simpanse, gorila, monyet, antelop hutan serta kelelawar buah.
Berdasarkan beberapa pengalaman di beberapa negara tempat kasus ini terjadi, ebola sering menyebar dan menyerang para pekerja di bidang layanan kesehatan masyarakat. Tentu saja hal ini lumrah karena mereka bertugas merawat pasien yang terjangkit virus. Terlebih jika mereka tidak menggunakan pelindung seperti masker dan sarung tangan. Penggunaan jarum suntik yang baru juga sebagai sarana penyebaran virus. Para ilmuwan hingga kini masih belum mengetahui darimana virus ebola berasal.
Penelitian menunjukkan jika kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun mampu bertahan dengan virus tersebut tanpa terjangkit penyakit ebola. Kelelawar diklaim sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus di alam.
Advertisement
Pengobatan
Pengobatan
Sejauh ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pasien yang terinfeksi penyakit hanya dapat dirawat melalui terapi, dan beberapa perawatan intensif seperti menyeimbangkan cairan pasien, menjaga tekanan darah dan kadar oksigen, serta dan menjaga mereka dari hal yang dapat menimbulkan infeksi. Sedangkan upaya pencegahan, saat ini masih dikembangkan vaksin oleh para ahli.