Anak Kerap Berseteru dengan Orangtua, Ini Alasannya!

Jauh sebelum Marshanda berseteru dengan sang bunda, Rianty Sofyan, sejumlah remaja di dunia mengaku pernah berseteru dengan ibu atau ayahnya

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 07 Agu 2014, 15:31 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2014, 15:31 WIB
Ini Pose Selfie yang Sedang Menjadi Tren di Jepang
Pose sakit gigi ternyata sangat digandrungi oleh remaja di Jepang saat ini

Liputan6.com, Jakarta Perseturuan antara orangtua dan anak bukanlah masalah baru di kehidupan moderen saat ini. Jauh sebelum Marshanda berseteru dengan sang bunda, Rianty Sofyan, sejumlah remaja di dunia mengaku pernah berseteru dengan ibu atau ayah kandungnya. 

Menurut Rose Mini, ini terjadi karena anak dan orangtua hidup di generasi yang berbeda. Tidak heran, bila anak kerap atau pernah berseteru dengan keduanya. Selain itu, masing-masing individu memiliki sejumlah nilai kebutuhan yang berbeda antara satu dan lainnya.

"Sebenarnya, kasus yang dialami Marshanda ini bisa jadi jalan manis bila ia dan ibunya bisa saling beradaptasi dan bisa saling tenggang rasa. Sayangnya, rasa itu tidak ada, yang mengakibatkan munculnya suatu masalah besar," kata Dr. Rose Mini A.p., M.Psi saat diwawancarai Health Liputan6.com di Gedung Satmarindo, Jalan Ampera Raya Nomor 5, Cilandak, Jakarta, ditulis Kamis (7/8/2014)

Selain itu, saat si buah hati masih kecil, orangtua cenderung melihat bahwa anaknya masih bisa diatur. Tapi, begitu anak beranjak besar dan dewasa, ada pengaruh lingkungan yang membuat si anak berubah menjadi anak yang pembangkang.

"Memang, yang pertama kali memengaruhi seorang anak adalah keluarganya. Lalu setelah itu, ada lingkungan yang lebih luas lagi. Mulai dari teman-teman di sekolah, sampai ke masyarakat umum," kata Rose Mini menambahkan.

Psikolog dari Universitas Indonesia yang akrab disapa Bunda Romie kembali menjelaskan, aturan dan norma-norma yang masuk ke dalam diri seorang anak yang berasal dari lingkungan pun mampu memengaruhi kepribadian seorang anak.

"Misalnya, ketika kecil seorang anak akan berpikir `Kenapa teman saya jajan, saya tidak diperbolehkan sama mama, ya?` Karena ini, si anak akan berontak. Pun ketika beranjak dewasa, dia akan berpikir `Teman boleh pulang pagi, kenapa aku pulang jam 10.00 malam sudah dianggap paling malam?" kata Rose Mini menerangkan.

Maka itu, Rose Mini tidak pernah bosan untuk mengingatkan pada orangtua agar jangan melarang seorang anak dengan kata-kata `tidak boleh`. Tapi, berilah pemahaman mengapa anak itu tidak boleh melakukannya. Sehingga, anak akan memahami apa guna dari perintah yang diterimanya itu.

"Sayangnya, orangtua suka lupa untuk memberikan penjelasan itu. Karena kebiasaan orangtua kita, kerap menggunakan cerita yang terkesan lama," pungkas Rose Mini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya