Siap-siap Hadapi Lonjakan Usia Produktif Indonesia hingga 2045

Diproyeksi tahun 2012 sampai 2045 terjadi peningkatan jumlah usia produktif. Bagaimana mempersiapkan ini jadi keuntungan bagi Indonesia?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 25 Agu 2014, 19:30 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2014, 19:30 WIB
Stand Lowongan Kerja Ini Diserbu Ribuan Pelamar
Sebanyak sembilan ribu lowongan kerja yang tersedia untuk bekerja di ratusan pabrik besar di Tangerang yang pada pameran bursa kerja tersebut, Tangerang, Jumat (22/8/2014) (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia terbaru yang diluncurkan Januari 2014 lalu, jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun di Indonesia diprediksi mengalami lonjakan di tahun 2012-2045. Kepala BKKBN Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK mengungkapkan betapa pentingnya mengantisipasi hal ini sebagai malapetaka namun sebagai keuntungan.

"Jangan sampai banyaknya usia pekerja malah meningkatkan jumlah pengangguran serta berdampak pada masalah-masalah lain" terang Jalal dalam Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIV di Ruang Auditorium LIPI, Jakarta (25/8/2014).

Oleh karena itu, mempersiapkan sumber daya manusia (SDM ) berkualitas jadi kuncinya. Menurut Fasli Jalal, investasi di bidang kesehatan dan pendidikan mutlak diperlukan untuk menghasilkan manusia yang produktif, mandiri dan punya etos kerja tinggi sejak dini.  

Dalam naskah orasi ilmiah ini pun disebutkan, untuk mempersiapkan manusia berkualitas bisa sejak dalam kandungan. Lalu awal kehidupan bayi di dunia pun penting

"Setelah bayi lahir, 1000 hari pertama kehidupan bayi pun harus diperhatikan kesehatannya. Perkembangan sel-sel otak berlangsung cepat disini," terang Jalal.

Selain kesehatan anak diperhatikan, pendidikan usia dini juga. "Lima tahun pertama kehidupan adalah saat sempurna seseorang menyerap informasi dengan baik. Oleh karena itu PAUD harus diperhatikan dengan baik. Salah satu caranya dengan pembelajaran yang menarik," papar Jalal.

Perbaikan kualitas guru dalam sistem pendidikan di Indonesia pun jadi hal lain yang harus diperbaiki. "Tak perlu mengganti kurikulum, kurikulum hanya sistem. Yang lebih dibutuhkan adalah perbaikan mutu guru," tandasnya.

Dengan persiapan matang seperti ini, menurut Jalal tenaga kerja Indonesia mampu bersaing di dalam bahkan luar negeri. Karena beberapa negara luar negeri pada tahun-tahun tersebut mengalami penurunan usia produktif. "Sehingga tenaga kerja kita di luar negeri tak hanya jadi pekerja kasar," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya