Liputan6.com, Jakarta Menjadi juara pertama dalam penghargaan Hospital Award the Best Role Model RS Vertical 2014 dari Kementerian Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan kepada RS Sanglah, Denpasar bukan tanpa alasan. Dari sekian hasil pemantauan, RS ini memiliki capaian tertinggi dalam melayani pendaftaran, melayani pasien, kecepatan klaim sampai menanggapi komplain.
Seperti disampaikan Direktur Umum RSUP Sanglah, Dr Anak Ayu Sri Saraswati M.Kes bahwa tim penilai terdiri atas BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Parameter yang dijadikan kriteria penilaian mencakup sistem pendaftaran, sistem pelayanan terhadap peserta, sistem penagihan klaim dan sistem penanganan keluhan peserta program JKN. Hasilnya, untuk kategori umum, RS Sanglah yang terbaik.
"Kecepatan respon mencapai 100 persen, artinya komplain bisa tertangani semua. Bagi yang komplain datang ke RS, akan segera diinformasikan. Namun bila komplain dilakukan melalui media massa, jawaban juga paling lambat akan diberikan pihak RS tak lebih dari sehari," kata Ayu saat temu media di Kantor BPJS Kesehatan, Jakarta, Kamis (18/9/2014).
Dari segi pendaftaran, Ayu menuturkan, setidaknya ada 10 loket yang melayani pasien. Lima diataranya khusus untuk pasien Jaminan Kesehatan Nasional. Di loket inilah pasien akan mendapat bukti keabsahan peserta (diterbitkan di fasilitas kesehatan yang menyatakan bahwa seseorang adalah benar peserta BPJS Kesehatan dan berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tersebut) atau disebut SEP.
"Biasanya di loket antre lama. Tapi untuk mengatasi antrean, kami melakukan kolaborasi dengan tenaga perawat dan adminstrasi untuk melakukan skrining seperti apakah bawa kartu, rujukan. Barulah ketika di loket lengkap, identitas pasien akan terlihat apakah pasien baru dan lama. Setelah itu, mereka baru dapat pelayanan poliklinik. Tapi ini semua tidak berlaku jika pasien mengalami kedaruratan," kata Ayu.
Selain itu, Ayu mengaku bersyukur, komplain pasien terhdap mahalnya biaya RS sejak JKN justru menurun. Kok bisa? Menurut Ayu, sejak JKN berlaku, pasien yang pulang dengan penangguhan atau utang semakin sedikit.
Advertisement
"Dulu, mereka yang nggak punya uang, boleh pulang dengan teken surat utang dan menyerahkan KTP. Tapi kan kalau seperti tukang bakso yang utang Rp 10 jt, susah menagihnya. Padahal kami punya keringanan. Kalau dia mau sehari bayar sehari sesanggupnya. Tapi kasihan," kata Ayu.
Kalau sekarang, tambah Ayu, mereka tidak ada alasan berobat dan petugas RS akan membantu bila mereka belum punya jaminan. Kita akan tanya, apakah mau jadi anggota JKN dan bayar Rp 25 ribu setiap bulan.
"Asalkan mereka mau jadi peserta JKN, kita yang ngurusin dan kita yang bantu informasikan. Ada juga yang perawat kami bayarin preminya," kata Ayu.