6 Perilaku Orang Tua yang Menjauhkan Anak dari Sikap Pemimpin

Perilaku orang tua ini bisa menjauhkan anak dari sifat dan sikap pemimpin di perusahaan bahkan di hidup mereka sendiri.

oleh Jazaul Aufa diperbarui 21 Nov 2014, 10:30 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2014, 10:30 WIB
6 Perilaku Orang Tua yang Menjauhkan Anak dari Sikap Pemimpin
6 Perilaku Orang Tua yang Menjauhkan Anak dari Sikap Pemimpin

Liputan6.com, Jakarta Sebagai orang tua, belajar untuk menjadi bijak dan menyayangi tidak selalu menjadi cara yang baik untuk melindungi buat hati. Justru, hal ini bisa menahan anak-anak untuk berkembang, mendapatkan kebebasan, dan segala potensi kepemimpinan yang dimilikinya.Ā Dari pakar kepemimpinan, Dr. Tim Elmore, ia mengatakan bahwa saat ini banyak orang tua yang gagal menjadikan anaknya sebagai seorang memimpin.

Dr. Tim Elmore pun memberitahukan hal-hal apa yang bisa menjauhkan anak dari sifat dan sikap pemimpin di perusahaan bahkan di hidup mereka sendiri seperti yang dilansir dariĀ Forbes.com, Kamis (20/11/2014):

1. Tidak membiarkan anak-anak mengalami resiko pengalaman orang tua

Memberikan peringatan bagi anak-anak agar tidak mengalami kesalahan yang sama seperti orang tuanya memang hal yang baik. Namun, jika terlalu sering anak-anak justru akan memberikan efek buru. Anak-anak merasa terisolasi dalam berperilaku, bahkan bisa saja menimbulkan sebuah fobia. Mereka gagal itu wajar seperti mereka memiliki pacar dan kemudian putus. Hal ini akan menimbulkan kematangan emosi di diri mereka.

2. Terlalu menyelamatkan anak-anak

Jika kita terlalu cepat menyelamatkan memanjakan anak-anak di tiap mereka mengalami sebuah masalah, kita justru menghapus kebutuhan mereka untuk memetakan dan memecahkan masalah. Cepat atau lambat, anak-anak akan terbiasa dengan orang yang menyelamatkan mereka. Jika mereka gagal, mereka akan cenderung tenang karena ada orang tua yang akan membantu. Namun, Anda tidak akan menemani mereka seumur hidup bukan?

Terlalu Mudah Mengapresiasi

3. Terlalu mudah mengapresiasi

Ketika orang tua terlalu mudah membanggakan sang anak, justru anak-anak akan berpikir bahwa hanya orang tua mereka sajalah mengakui kehebatan mereka. Akhirnya, anak-anak akan belajar untuk menipu, membesar-besarkan cerita dan berbohong, serta menghindari kenyataan yang sulit. Anak-anak menjadi tidak siap untuk menghadapi segala kondisi.

4. Tidak berbagi cerita mengenai kesalahan masa lalu kita

Anak-anak senang untuk mencoba hal-hal baru. Kita harus membiarkan, tetapi juga tetap mengontrol mereka. Berbagi pengalaman buruk yang pernah dialami dan bagaimana cara mengatasinya merupakan pilihan yang baik. Anak-anak akan mempersiapkan diri apabila menghadapi masalah yang sama.

5. Salah menilai kecerdasan dan bakat

Kerap kali, kecerdasan dinilai bisa menjadi tolak ukur kedewasaan anak. Hasilnya, orang tua menganggap anak cerdas adalah telah siap untuk memasuk `dunia`. Bintang Hollywood muda yang memiliki bakat luar biasa akhirnya terjebak dalam sebuah skandal publik. Anak memang harus diberikan kebebasan, tetapi mengamati dan mengontrol anak-anak tetap harus dilakukan.

6. Tidak memberikan contoh

Orang tua memiliki tanggung jawab sebagai orang yang perilaku, gaya, dan sikapnya akan dicontoh oleh anak-anak. Mereka bertanggung jawab atas kata-kata dan tindakan mereka. Tampilan diri Anda apa adanya, jangan memberikan kepalsuan ketika bersama anak. Kebohongan hanya diperlukan apabila tindakan tersebut tidak baik untuk diikuti anak-anak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya