Liputan6.com, Jakarta Bagi sebuah keluarga yang tinggal di kota-kota besar dimana anak sibuk sekolah dan orangtua bekerja membuat komunikasi tatap muka jarang terjadi. Untungnya, teknologi komunikasi semakin maju bisa mendekatkan yang berjauhan.
Ibu Dewanti (39) misalnya, ia biasa keluar rumah untuk bekerja sebagai pegawai negeri sipil dari pukul 06.00, lalu baru pukul 18.00 sampai rumah. Pada siang hari ia menanyakan kabar putrinya yang berusia 14 tahun lewat BBM. Mulai dari kabar sudah makan, sedang apa, akan melakukan apa.
Baca Juga
Lalu, apakah efektif memberi perhatian pada anak dengan komunikasi sekunder seperti ini?
Advertisement
"Sebenarnya komunikasi seperti itu tidak masalah. Karena yang paling penting adalah tetep keep kontak dengan anak," terang psikolog anak, Efnie Indiranie, M.Psi saat ditemui dalam acara Oreo Asyiknya Bersama di Locanda Restaurant, Jakarta pada Kamis (11/12/2014).
Namun yang terpenting adalah saat bertemu langsung apakah ibu membuat anak nyaman dan bahagia. "Ketika ia dikirimi oleh pesan ibunya yang biasa memberikan kelembutan, tenang ia akan merasakan kenyamanan dan bahagia saat menerima pesan tersebut," ujar Efnie.