Minuman Ringan Sumbang Sedikit Kalori Dibanding Makanan Lain

Kontribusi kalori terbesar masih dari asupan nasi dan bukan dari minuman-minuman manis kemasan seperti yang banyak dibicarakan orang.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 05 Feb 2015, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2015, 16:00 WIB
Ini 10 Macam Sarapan Favorit Orang Indonesia
Orang Indonesia memiliki keunikan tersendiri saat sarapan. Makanan-makanan berikut lumrah dimakan orang Indonesia untuk sarapan. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta Obesitas merupakan kondisi yang kompleks dengan penyebab multifaktor. Obesitas tidak bisa dikaitkan dengan satu penyebab tunggal saja melainkan lebih pada pola asupan gizi yang tidak seimbang dan tidak diimbangi dengan gaya hidup yang aktif.

“Setiap hari kita mengonsumsi berbagai makanan dan minuman dan semuanya berkontribusi pada asupan kalori sebagai ‘bahan bakar’ tubuh untuk beraktivitas.  Setiap kalori yang masuk harus diimbangi dengan kalori yang dipakai/dibakar melalui aktivitas fisik. Kalau tidak, kelebihan asupan kalori ini akan menumpuk menjadi lemak, dan inilah awal mula terjadinya obesitas”, jelas dr. Andi Kurniawan, SpKO.

Seiring berkembangnya tren gaya hidup urban modern, masyarakat dihadapkan pada pilihan produk yang semakin beragam, salah satunya minuman ringan atau yang kerap dikenal dengan soft drinks. Soft drinks sebenarnya tidak hanya mencakuo pada minuman berkarbonasi/bersoda, namun minuman teh dalam kemasan, isotonik, sari buah, air minum dalam juga masuk kategori minuman ringan.

Ironisnya, hadirnya berbagai produk minuman ringan ini seringkali dikaitkan dengan meningkatnya populasi yang mengalami kelebihan berat badan /obesitas.

Asupan kalori

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, sebanyak 190.000 orang dewasa dari berbagai daerah di Indonesia mununjukkan bahwa secara rata-rata nasi menyumbangkan hingga 44% dari total asupan kalori /hari/perorang. Kontribusi makanan lain terhadap asupan kalori relatif kecil dibandingkan nasi: minuman berpemanis tanpa susu (11%), kacang-kacangan (10%), kelompok daging merah dan daging ayam (9%), serta kelompok ikan dan makanan laut (7%); kelima makanan ini mengkontribusi lebih dari 80% asupan kalori sehari-hari.

Selanjutnya, Senior Scientiest dari SEAMEO (South East Asian Ministers of Education Organization), DR. Helda Khusun, M.Sc. bersama timnya melakukan re-analisis riset yang hasilnya bahwa asupan kalori dan aktifitas fisik di lima kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan Surabaya) yang dilakukan pada bulan Desember 2014, minuman soda dikonsumsi oleh 26% orang dewasa usia 18-45 tahun dengan rincian 16.5% mengonsumsi secara bulanan dan hanya 2% yang mengkonsumsi lebih dari 3 kali seminggu. Situasinya mungkin berbeda pada kelompok usia lebih muda, misalnya remaja. Namun untuk mengetahuinya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada kelompok usia remaja ini.

“Secara umum kontribusi kalori terbesar masih dari asupan nasi dan bukan dari minuman-minuman manis kemasan seperti yang banyak dibicarakan orang. Bahkan dari data kita bisa lihat bahwa konsumsi minuman berpemanis kemasan seperti minuman soda misalnya ternyata berkontribusi sangat kecil terhadap asupan kalori harian orang dewasa usia 18-45 tahun," jelas Senior Scientiest dari SEAMEO (South East Asian Ministers of Education Organization), DR. Helda Khusun, M.Sc.

Dr. Andi Kurniawan menambahkan jumlah asupan kalori memang memengaruhi aktivitas fisik. “Dengan memerhatikan jumlah asupan kalori kita dapat mengukur apakah kebutuhan kalori kita tercukupi, serta dapat mengukur seberapa banyak kalori yang perlu kita bakar lewat aktifitas fisik.”

Lebih lanjut, Andi mengatakan kebutuhan kalori masing-masing individu beragam, umumnya sekitar 1500-2000 kalori per hari.

“Jumlah asupan kalori ini bisa menjadi seimbang jika kita membakar kalori dengan jumlah yang sama dengan asupan kalori. Misalnya rata-rata satu kaleng minuman bersoda (250mL) yang mengandung sekitar 100 kalori akan setara dengan melakukan aktifitas fisik berjalan kaki selama 24 menit (untuk individu dengan berat badan 70 kg). Intinya, selama kita bisa menyeimbangkan apa yang masuk dan aktifitas fisik yang cukup untuk membakarnya, maka semua akan baik-baik saja bagi tubuh”, tambah dr. Andi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya