Negara-negara yang Izin Anak Sakit Giginya Tinggi

Di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, bahkan USA, anak-anaknya memilih tidak masuk sekolah akibat sakit gigi

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 26 Feb 2015, 06:02 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2015, 06:02 WIB
Pengusaha Cilik Temukan Permen Yang Tidak Merusak Gigi
Kata siapa anak-anak tida bisa berwirausaha? Alina Morse, penemu permen anti kerusakan gigi ini masih berusia 9 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bukanlah satu-satunya negara di mana terdapat seorang anak yang memilih tidak masuk sekolah akibat sakit gigi. Di sejumlah negara pun kondisi semacam ini lumrah terjadi.

Dalam acara yang diadakan Pepsodent dengan tema `Gigi Berlubang pada Anak Mempengaruhi Ketidakhadiran di Sekolah` di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Rabu (25/2/2015), drg. Ratu Mirah Afifah GCClintDent., MDSc., menjelaskan bahwa cukup banyak anak di Filipina, Sri Lanka, bahkan USA  memilih tidak masuk ke sekolah akibat sakit gigi. Apabila memaksa untuk masuk, tak jarang dari anak-anak itu memilih untuk tidur untuk menahan sakit dan denyut yang mereka rasakan.

Data yang dihimpun pada 2008 menyebut di Filipina, sakit gigi merupakan alasan paling umum penyebab ketidakhadiran di sekolah. Sementara di Thailand diketahui 1.900 jam hilang per 1.000 anak akibat masalah gigi dan penanganan pada gigi mereka.

Sedangkan data dari Beaglehole et al 2009 menyebut bahwa pada 2005 didapat sebanyak 53 persen anak usia 6 tahun di Sri Lanka dilaporkan pernah mengalami gangguan kesehatan mulut dalam hidupnya.

"Sedangkan untuk negara maju seperti USA, diketahui lebih dari 51 juta jam waktu sekolah hilang begitu saja setiap tahunnya akibat gangguan kesehatan gigi," kata Head of Professional Relationship Oral Care PT. Unilever Indonesia, Tbk ini.

Dari semua fakta yang terungkap ini, jelas Mirah, dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik, terbukti berpengaruh pada ketidakhadiran anak di sekolah yang dapat memengaruhi prestasi belajar anak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya