Sejauh Mana Dokter di Pedalaman Butuh Layanan Berbasis 4G LTE?

Sebenarnya, butuh nggak layanan Telkomsel 4G LTE di kalangan dokter pedalaman?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Apr 2015, 20:13 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2015, 20:13 WIB
Kecepatan 4G LTE Telkomsel Bisa Capai 36 Mbps
Peluncuran Telkomsel 4G LTE (Liputan6.com/Andina Librianty)

Liputan6.com, Jakarta Telkomsel berhasil menjaring 300 ribu pelanggan 4G LTE (long term evolution)  sejak Desember 2014 hingga April 2015. Telkomsel pun telah meluncurkan layanan 4G LTE di 5 kota, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali. Demikian dikatakan Vice President LTE Commercial PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), Lindayanti Hardjono, Kamis (23/4/2015) di Jakarta.

Bahkan, layanan 4G yang diklaim mampu meningkatkan penggunaan data sebesar 25 persen pada pelanggan yang beralih dari 3G ke 4G, juga bisa dinikmati pelanggan yang bepergian ke luar negeri.

Namun, ketika disinggung apakah layanan Telkomsel 4G bakal sampai ke pedalaman, di mana banyak tenaga medis membutuhkannya, Linda menjawab,"Kita memang mengarah ke sana, terlebih Telkomsel `kan di pedalaman banyak sekali. Namun, semua itu perlu waktu, tapi pasti ada niatan ke arah sana."

GM External Corporate Communication, Denny Abe mengakui dokter memang membutuhkan fasilitas high-speed yang mempermudah kerja mereka. Namun, ketika berbicara teknik, Telkomsel harus membangun sebuah BTS jaringan yang tentunya tidak mudah untuk membangunnya.

"Pada saat kita harus membangun sebuah BTS jaringan, yang diperlukan adalah infrastruktur, dan hal yang paling vital yaitu listrik. Tanpa listrik, BTS tidak akan bisa jalan," kata Denny kepada Health-Liputan6.com di Restoran Negev City, Wisma Mulia, Jakarta, Kamis (23/4/2015)

Abe menyontohkan satu kasus yang pernah dialaminya. Pada Desember 2014, Telkomsel mendapat tugas negara harus membangun 10 BTS di 10 desa yang terletak di Kalimantan Timur. Alasannya, desa-desa tersebut sudah mengibarkan bendera non merah putih. "Kita datang semua ke sana, termasuk direktur utama kita. Tetap saja, problem terbesar kita adalah listrik," kata Abe.

Akhirnya, dengan segala macam bentuk upaya, Telkomsel melakukan terobosan dengan menggunakan solar BTS. "Tantangan selanjutnya, dengan BTS solar, apakah cukup transmisi super canggih ini?," kata Abe menerangkan.

Lagi pula, bila dokter-dokter itu menggunakan layanan Telkomsel 3G, semuanya akan berjalan lancar, selama penggunanya tidak banyak, okupasi tidak banyak, sudah pasti sangat reliable atau memenuhi kebutuhan. Tak hanya itu, ketika berbicara mengenai teknologi, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu D (device) N (network) A (aplikasi).

"Kalau saya pakai device yang 3G, networknya ada nggak? Pun aplikasi, ketika dokter kesulitan mencari resep-resep obat, browsing menggunakan 3G sangat mumpuni," kata Abe. Utamanya, dokter-dokter harus dipersenjatai dengan gawai-gawai 3G.

Terpenting, dokter harus teredukasi dahulu. Jangan sampai, layanan dan teknologi sudah sangat canggih, dalam pemakaiannya para dokter masih gaptek (gagap teknologi).

"Ketika teknologi sudah ada, harus tahu juga teknologi digunakan untuk apa? Dokter boleh saja expert di bidang kesehatan, namun apakah dia ahli di bidang teknologi? Belum tentu," kata Abe menekankan.

Masalah terbesar yang kerap dikeluhkan para tenaga medis yang bertugas di pedalaman adalah jaringan internet yang tidak stabil, bahkan sulit sekali diakses. Apalagi bila kondisi ini dialami para dokter pekerja tidak tetap (PTT).

Jika jaringan stabil, memudahkan mereka mengakses jurnal yang berasal dari luar negeri. Mereka juga dapat mempelajari banyak hal di Youtube.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya