Liputan6.com, Jakarta Demam minions sepertinya begitu melekat, bukan hanya di Indonesia tapi juga dunia. Fenomena makhluk kecil kuning dengan baju jeans dan rambut seadanya ini memang lucu bagi orang dewasa. Tapi ternyata, karakter ini tidak baik dicontoh bagi anak-anak.
Psikolog Astrid Wen dari Tiga Generasi mengatakan, ada tiga alasan utama yang membuat minions tak baik untuk kesehatan otak anak, seperti:
1. Mengajarkan kejahatan
Alasan ini memang bisa kita lihat jelas. Pada film terbarunya, Minions menunjukkan kalau menjadi jahat itu menyenangkan.
"Ada banyak adegan yang berbahaya bila diserap oleh anak. Misalnya ada satu keluarga yang jahat semua. Kemudian, ada satu tagline yang sempat dikatakan tokoh Scarlett, Doesn't It Feel So Good to Be Bad? (Bukankah menyenangkan untuk menjadi penjahat). Kalimat ini akan menempel pada anak yang tidak memiliki pengetahuan cukup dari orangtua dan belum bisa membedakan mana baik dan jahat," kata Astrid saat diwawancarai Liputan6.com, ditulis Rabu (1/7/2015).
Menurut Astrid, anak usia 11 tahun keatas diperbolehkan menonton film besutan Amerika ini asalkan didampingi orangtua dan setelah menonton ada evaluasi.
Banyak adegan bullying
2. Banyak adegan bullying
Pada dasarnya, saat kita menonton film yang ada adegan melemahkan seperti bullying akan membuat penonton menikmatinya. Bagi orang dewasa, adegan seperti ini mungkin bisa menjadi hiburan yang menyenangkan. Tapi bagi anak, hal ini bisa menjadi energi negatif.
"Kembali ke orangtua, apakah film ini mendidik?Apakah tidak ada cara lain untuk menyalurkan energi negatif," kata Astrid.
3. Tak ada nilai positif
Coba Anda pikirkan, apa nilai positif yang bisa kita ajarkan pada anak dari film Minions?
Astrid menuturkan, sekalipun para minion ini mengajarkan kesetiaan sesama temannya, tapi anak Anda harus tahu kalau tidak semua temannya itu baik.
"Minions tidak pernah menolak perintah bos. Anda bisa mengatakan pada anak, lantas kalau orangtua menyuruh untuk melakukan sesuatu yang jahat kamu lakuin nggak. Darisitu, orangtua akan tahu bagaimana anak menyerap isi film tersebut. Kita juga bisa lihat model critical thinking-nya. Itulah pentingnya mendampingi anak saat menonton," ungkap Astrid.
Advertisement