Liputan6.com, Jakarta Kementerian Agama selaku Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) membangun kedekatan dan sinergi dengan sejumlah rumah sakit di Arab Saudi untuk memberi layanan kesehatan terbaik bagi jamaah yang menderita sakit di Tanah Suci.
Untuk itu, Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah PPHI Arsyad Hidayat didampingi tim kesehatan yang dipimpin Kepala Seksinya Thafsin Alfarizi, di Makkah, Kamis, mengunjungi sejumlah rumah sakit pemerintah yang menjadi rujukan untuk melayani jamaah haji yang sakit.
"Kami ingin memastikan fasilitas dan pelayanan rumah sakit di sini. Ternyata mereka mempersiapkan pelayanan terhadap (kesehatan) jamaah haji sangat baik sekali," ujar Arsyad usai mengunjungi mengunjungi Rumah Sakit King Faisal, yang terletak di wilayah Syisyah.
Advertisement
Ia mengatakan semua fasilitas kesehatan di rumah sakit Arab Saudi maupun balai dan klinik kesehatan yang disiapkan PPHI bisa diakses secara gratis oleh jamaah.
Rumah Sakit (RS) King Faisal merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang menjadi rujukan untuk menangani jamaah haji yang sakit.
Selain RS King Faisal, pemerintah Arab Saudi menyiapkan RS King Abdul Aziz, RS Annur, RS Hera, dan RS Jiwa King Abdul Azis yang berlokasi di Hera.
RS King Faisal dilengkapi dengan fasilitas ruang rawat darurat, ruang perawatan intensif, ruang rawat inap, serta peralatan perawatan yang canggih dengan kondisi lorong dan kamar yang bersih dan terawat, nyaris tanpa debu.
RS tersebut memiliki 300 tempat tidur untuk rawat inap dan didukung oleh 80 dokter dan sekitar 200 perawat.
"Bahkan RS King Faisal ini merupakan salah satu pusat rujukan bagi pasien yang terkena MERS-CoV," kata Arsyad.
MERS adalah penyakit sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS) yang menjadi ancaman jamaah haji saat ini, karena udara yang panas dan kondisi yang lelah menyebabkan jamaah mudah terjangkit virus corona tersebut.
Selain itu, kata dia, rumah sakit pemerintah Arab Saudi, termasuk RS King Faisal, menyediakan pelayanan kesehatan yang juga gratis untuk jamaah yang menderita sakit dan membutuhkan operasi maupun cuci darah.
"Meskipun musim haji usai, bila ada jamaah yang sakit, mereka tetap dapat dirawat sampai sembuh, bahkan ada yang sampai tiga bulan. Jadi keluarga mereka di Indonesia tidak perlu khawatir," ujar Arsyad.
Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah Thafsin Alfarizi menambahkan kunjungan ke beberapa rumah sakit yang menjadi rujukan untuk pasien haji, merupakan upaya pendekatan agar jamaah Indonesia yang sakit di Tanah Suci bisa ditangani dengan baik oleh rumah-rumah sakit di Arab Saudi.
"Kami berharap mereka lebih perhatian, ketika kami membawa pasien ke sini," ujarnya.
Namun tidak semua jamaah Indonesia yang sakit akan dimasukkan ke rumah sakit karena Indonesia memiliki balai pengobatan haji (BPHI) dan klinik di sektor.
"Hanya pasien yang butuh peralatan khusus yang dibawa ke rumah sakit," kata Thafsin.
Sementara itu Direktur RS King Faisal Raef Ahmad Qutub mengatakan siap melayani jamaah dari Indonesia. "Bagi kami Indonesia lebih dari saudara. Di Indonesia banyak keturunan Arab seperti Alatas dan Asegaf," katanya.