Liputan6.com, Pullman - Siapa sangka gaya berjalan seseorang bisa menjadi petunjuk suatu penyakit mata yang parah? Ternyata serangan glaukoma pada seseorang dapat diramalkan dari cara berjalan seseorang.
Setidaknya begitulah yang menjadi temuan proyek penelitian di Washington State University (WSU). Gaya berjalan yang dimaksud adalah kecenderungan seseorang untuk menabrak benda-benda di sekitarnya dan tidak meratanya penempatan kaki seseorang ketika berjalan.
Baca Juga
Glaukoma termasuk penyakit mata yang sangat lazim. Di AS saja diperkirakan ada 3 juta orang yang sekarang menderita serangan itu. Diperkirakan ada lebih dari 120 ribu orang di AS yang menjadi buta karenanya.
Advertisement
Menurut badan kesehatan PBB, World Health Organization (WHO), glaukoma menjadi menyebab tersering nomor 2 kebutaan pada seseorang di seluruh dunia.
Tidak ada obat untuk glaukoma dan biasanya baru didapatkan diagnosisnya setelah terlambat, ketika penyakitnya sudah susah disembuhkan. Sekarang, teknologi untuk analisis cara berjalan seseorang dipergunakan untuk menanggulangi keadaan itu.
Banyak pasien mendapat diagnosis glaukoma hanya setelah mereka mengalami gangguan penglihatan. Namun begitu, sejumlah penelitian di masa lalu menemukan bahwa pasien makin lebih sering terjatuh bersamaan dengan menurunnya penglihatan yang tidak diperiksakan. Dengan demikian, cara berjalan seseorang menjadi cara untuk menduga secara dini keadaan tersebut.
Lebih dari setahun lamanya, tim WSU telah mengembangkan suatu perangkat yang menggunakan serangkaian pengindra (sensor) yang dirancang untuk dipasang pada sepatu. Sensor itu secara cermat dan tepat mengumpulkan informasi gaya berjalan seseorang. Platform yang ada merekam ciri cara berjalan pasien, misalnya panjang langkah, rata-rata pijakan, dan kesetaraan di antara kaki.
Untuk keperluan pengumpulan data, para pasien diminta untuk melangkah melewati serangkaian ujian sambil mengenakan pengindra. Misalnya, berjalan jarak dekat secara normal, lalu berdiri dan berjalan sejauh jarak tertentu sebelum berbalik, dan melangkahi dan melintasi sejumlah rintangan.
Proyek yang sedang berlangsung ini dilakukan bersama dengan University of California, Los Angeles (UCLA), yang bertugas mengumpulkan data percobaan. Sementara itu WSU mengerjakan rancangan dan pengembangan algoritma.
Uji klinis menggunakan cara ini sedang akan dimulai. Tim tersebut sekarang sedang mencari para peserta baru dengan beragam tingkat keparahan glaukoma.
Supaya bisa mejamin daya guna cara ini, hasil-hasilnya nanti akan dibandingkan dengan kelompok kendali.
Penelitian ini masih berlangsung dan hasilnya nanti akan menunjukkan bagaimana glaukoma berdampak kepada cara berjalan seseorang. Dengan demikian, hal ini menjadi bukti suatu cara baru yang tepat guna untuk mendeteksinya.
Para peneliti ini baru saja menjabarkan temuan-temuan mereka di konferensi Wireless Health 2015 di Kota Bethesda, negara bagian Maryland, AS. Mari simak video percobaan WSU/UCLA ini. (Alx)*