Liputan6.com, Jakarta Keinginan untuk terlihat baik saat mengenakan celana yoga dan pakaian renang, ternyata memicu peningkatan remaja untuk operasi vagina.
Laman Dailymail, Jumat (30/10/2015) melaporkan, gadis-gadis belia usia 16 tahun hingga 70 tahun kini banyak yang datang ke dokter bedah untuk mengubah bentuk alat kelamin mereka.
Baca Juga
American Society for Aesthetic Plastic Surgery (ASAPS) melaporkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah mengangkat jaringan dan re-strukturisasi operasi vagina. Yang mengejutkan, jumlah kenaikan operasi dalam satu tahun, 2013-2014 mencapai 49 persen.
Advertisement
Seorang ahli bedah plastik dan juru bicara ASAPS, Dr Jennifer Walden mengatakan, operasi yang paling banyak dilakukan adalah labiaplasty, operasi dilakukan pada labia atau bibir luar vagina. Prosedur ini dilakukan untuk mengubah ukuran atau bentuk labia wanita.
Sedangkan bagi yang telah menikah, kata dia, prosedur yang banyak dilakukan adalah vaginolasty untuk memperketat vagina yang longgar akibat melahirkan atau penuaan.
Dan, katanya, dia juga tengah berlatih setiap minggu untuk prosedur non-invasif, ThermiVa, yang bertujuan untuk mengencangkan vagina menggunakan frekuensi radio.
"Selama tiga sampai empat tahun, saya melihat ada tren untuk masalah kewanitaan, termasuk wax atau laser hair removal," kata Walden.
Kendati demikian, Walden telah memperingatkan konsekuensi operasi vagina, semisal bila labia diperbesar maka akan memengaruhi ketidaknyamanan saat berhubungan seksual atau saat mengenakan pakaian ketat.
"Saya melihat gadis-gadis semuda 16 tahun cemas dan khawatir ingin memperbesar labia. Dan baru-baru ini seorang wanita 75 tahun datang bersama suaminya, untuk mendiskusikan masalah pelumasan vagina. Tapi, biasanya saya akan mengatakan, kebanyakan wanita mencari prosedur ini setelah melahirkan, sehingga wanita berusia 20-an dan 30-an bisa berpikir jauh untuk operasi," ungkapnya.