Dokter Juga Harus Tahu Olahraga yang Benar

Seorang dokter bukan hanya harus hidup sehat. Namun juga harus paham bagaimana berolahraga yang benar.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 26 Nov 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 18:00 WIB
20151126-Pelatihan EIM- Chapter Benedict Tan-Jakarta- Immanuel Antonius
Chairman of EIM ASEAN Chapter Benedict Tan saat memberikan pelatihan kepada sejumlah dokter di Senayan, Jakarta, Kamis (26/11/2015). EIM mendorong para dokter untuk menjadikan olahraga sebagai resep untuk pasien. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Seorang dokter bukan hanya harus hidup sehat. Namun juga harus paham bagaimana berolahraga yang benar. Seperti misalnya bagaimana olahraga untuk mencegah atau mengobati penyakit.

Ketua Umum Komite Nasional Exercise is Medicine Indonesia (EIM), dr. Inggriani Husen, SpKO yang bertugas untuk melatih sebanyak mungkin dokter dan petugas layanan kesehatan profesional mengatakan, program ini telah mensertifikasi lebih dari 230 dokter umum dan lebih 41 instruktur kebugaran.

"Pelatihan yang diberikan EIM mencakup pemberian materi di kelas serta latihan praktek menggunakan alat-alat olahraga di gym, seperti pengenalan dasar-dasar EIM, konseling mengenai latihan fisik pada pasien, Prinsip Dasar Olahraga, Aerobic Exercise, Strengthening Exercise, Flexibility Exercise, hingga Aktifitas Fisik dan Penyakit Tidak Menular (obesitas, hipertensi, diabetes, gangguan kardiovaskular, Osteoporosis dan lainnya," katanya melalui siaran pers, Kamis (26/11/2015).

Komite Nasional EIM Indonesia (National Commitee) sendiri beranggotakan sejumlah perwakilan dokter dengan spesialisasi yang beragam, termasuk Dokter Spesialis Olahraga, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dokter Spesialis Penyakit Jantung, Ahli Ilmu Faal Olahraga, dan Dokter Umum.

Di sisi lain, Public Affairs & Communication Director Coca-Cola Indonesia, Titie Sadarini mengatakan, fenomena gaya hidup yang semakin modern membawa ancaman baru karena gaya hidup yang kurang gerak dan dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, hingga ganguan jantung.

"Butuh kolaborasi yang holistik untuk menyuarakan pentingnya hal ini, termasuk mengajak para dokter dan praktisi kesehatan untuk ikut berperan dalam menginspirasikan gaya hidup yang lebih aktif," pungkasnya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya