Ini Dokter Indonesia Pertama yang Bertugas di Ketinggian Everest

Dokter Chandra Sembiring akan menjadi orang Indonesia pertama yang mengikuti pelatihan medis alam liar bersama profesional dokter dunia

oleh Fitri Syarifah diperbarui 19 Feb 2016, 19:59 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2016, 19:59 WIB
Ini Dokter Indonesia Pertama yang Bertugas di Ketinggian Everest
Dokter Chandra Sembiring akan menjadi orang Indonesia pertama yang mengikuti pelatihan medis alam liar bersama profesional dokter dunia

Liputan6.com, Jakarta Dokter Chandra Sembiring akan menjadi orang Indonesia pertama yang mengikuti pelatihan medis alam liar (wilderness medicine) bersama profesional dokter dari seluruh dunia. Kegiatan ini rencananya berlangsung selama empat bulan di salah satu rumah sakit yang menjadi pos pendakian Gunung Everest, Nepal.

Menurut Chandra, kegiatannya ini merupakan cita-citanya sejak lama. Dia ingin Indonesia bisa seperti negara maju yang memiliki dokter yang siap sedia menolong masyarakat di pedalaman atau alam liar. Apalagi mengingat Indonesia memiliki salah satu dari tujuh puncak tertinggi di tujuh benua (seven summit of seven continent), yaitu Puncak Carstenz di pegunungan Jaya Wijaya, Papua.

"Indonesia itu daerah yang memang secara infrastrukutur dan sarana terbatas. Seringkali ketika terjadi wabah, dokter kita tidak siap menjalaninya karena kejadiannya di tempat terpencil atau medannya sulit. Sebenarnya bukan fasilitas yang kurang memadai, tapi kadang dokter belum siap mental saat ada bencana atau harus bertemu medan seperti gunung dan laut," katanya saat menyambangi kantor Redaksi Liputan6.com di Senayan, Jakarta, Jumat (19/2/2016).

Dokter lulusan Universitas Padjajaran ini mengungkapkan, dalam pelatihannya itu ia akan ditempatkan di pos di Pheriche yang berada pada ketinggian 14.600 kaki atau sekitar 4.600 meter. Dia akan belajar mengenai wilderness medicine (kedokteran di alam liar) dengan spesialisasi high altitude medicine (penyakit di ketinggian).

"Outdoor activity ini tren banget di indonesia. Ini telah terjadi 10-15 tahun lalu di Eropa, Amerika, atau Australia sedangkan di Indonesia baru terjadi di tren baru. Semua orang ngaku pendaki, semua orang traveller tapi mereka tidak tahu bagaimana mempersiapkan diri saat misalnya mendaki atau berada dalam situasi darurat. Banyak yang anggap kalau ini tugas dokter, bukan gue tapi saya pengen semua orang belajar kalau dalam kasus tertentu mereka perlu paham cara menangani orang disekitarnya," katanya.

Pria kelahiran Medan yang akrab disapa Biring ini mengatakan, di Nepal dia bakal satu tim dengan dokter asal Brasil yang sedang mengambil studi wilderness medicine di Universitas Harvard di Amerika Serikat dan satu dokter asal Swiss yang memiliki keahlian Helycopter Rescue.

"Saya harap bisa mendapatkan banyak ilmu bukan hanya mengenai sistem rescue tapi bagaimana men-develope dana, sistem yang efektif dan apa yang dilakukan dokter dalam penanganan kedaruratan ini. Jadi bukan hanya dapat ilmu medis tapi manajemen sistemnya," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya