Apakah Keseringan Memakai Ponsel Mengganggu Aktivitas Otak?

Jika Anda menempelkan ponsel ke telinga dalam waktu yang lama, hal ini akan meningkatkan aktivitas di bagian otak.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 13 Okt 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2016, 06:00 WIB
Bahaya Paparan Radiasi Ponsel (I)
Bagaimana tanggapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap bahaya ponsel yang membahayakan otak manusia

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda menempelkan ponsel ke telinga dalam jangka waktu yang lama, maka hal ini akan meningkatkan pergerakan suatu aktivitas di salah satu bagian dalam otak, tepatnya produksi metabolisme glukosa, peneliti menemukan.

Metabolisme glukosa adalah pengukuran bagaimana otak menggunakan energi yang tersedia dan aktivitas di area ini meningkat secara signifikan saat ponsel dihidupkan, dibandingkan ketika ponsel dimatikan, berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan dalam Journal of the American Medical Association.

“Meskipun kami tidak dapat menentukan perubahan klinis yang signifikan, namun hasil penelitian kami memberikan bukti bahwa otak manusia sensitif terhadap efek frekuensi radio-elektromagnetik yang dipancarkan dari ponsel,” ujar salah satu penulis studi, Dr. Gene-Jack Wang, dari Brookhaven National Laboratory di Long Island, dimana studi tersebut dilakukan.

Para peneliti tersebut memindai metabolisme glukosa otak pasien sebanyak dua kali, pertama dengan ponsel yang hidup dan kedua dengan ponsel yang dimatikan.

Hasilnya, metabolisme glukosa di otak, secara signifikan lebih tinggi aktivitasnya saat ponsel dihidupkan.

“Meskipun frekuensi radio yang dipancarkan dari teknologi telepon seluler saat ini sangat lemah, namun mereka tetap mampu memberikan efeknya pada otak manusia,” ujar salah satu peneliti, Dr. Nora Volkow.

Efeknya pada aktivitas neuron, bisa disebabkan akibat adanya perubahan dalam neurotransmitter, permeabilitas, sel membran, sel rangsangan, atau penghabisan kalsium, seperti dilansir dari Everydayhealth, Rabu (10/10/2016).

"Jelas ada efek akut, dan pertanyaan pentingnya adalah, apakah efek akut ini dikaitkan dengan peristiwa yang dapat merusak otak atau terkait dengan perkembangan masalah di masa depan, seperti misalnya kanker yang ditemukan oleh studi epidemiologi baru-baru ini," ujar Dr. Santosh Kesari, direktur neuro-onkologi di University of California San Diego.

Sudah ada banyak studi berbasis populasi yang mengevaluasi hubungan potensial antara kanker otak dan penggunaan ponsel, walaupun hasilnya sering tidak konsisten. Bahkan sudah ada teori bahwa panas dari ponsel bisa berkontribusi dengan memicu adanya perubahan pada fungsi otak, namun hal ini kemungkinan besar jarang terjadi, kata para peneliti.

Menanggapi hal tersebut, Dr. Wang mencatat bahwa studi lebih lanjut masih diperlukan untuk menilai apakah efek yang mereka amati tersebut, dapat berefek jangka panjang.

“Pesannya, kami masih memerlukan studi lebih lanjut, sehingga para pengguna telepon seluler harus menggunakan headset serta mengurangi penggunaan ponsel jika memungkinkan,” tutup Dr. Santosh Kesari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya