Liputan6.com, Jakarta Untuk menghasilkan produk farmasi asli Indonesia membutuhkan banyak tahapan yang harus dilalui. Padahal untuk urusan bahan baku, negara ini memiliki kekayaan alam yang seharusnya bisa dimanfaatkan dan tidak digunakan oleh negara lain.
Ketua Umum Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, dr Sangkot Marzuki, turut mengungkapkan kelemahan yang masih terjadi di bidang pengembangan IPTEK untuk meneliti bahan baku di Indonesia.
"Hampir tidak ada penelitian mendasar yang menghasilkan ilmu pengetahuan, yang banyak sekarang penelitian itu dilakukan untuk kenaikan pangkat. Ditambah dana dari pemerintah hampir tidak ada. Padahal, penelitian mendasar benar-benar penting untuk Indonesia," kata Sangkot dalam acara "Inovasi Teknologi dan Riset Sektor Farmasi, Percepat Swasembada Obat" di Cikarang, Jawa Barat, ditulis Jumat (28/10/2016).
Advertisement
Menurut Prof Sangkot, bidang bioteknologi dalam penelitian adalah revolusi industri selanjutnya. Ia pun mengatakan bahwa untuk memajukan suatu industri seperti bidang farmasi ini, suatu keilmuan harus selalu berkembang.
"Kalau mau memajukan biotechnology, ya harus membangun kemampuan biothecnologynya. Dan harus bisa meyakinkan pemerintah kalau penelitian industri harus didukung dengan ilmu mendasar untuk mengembangkan penelitian-penelitian keilmuan," katanya.
Sayangnya, investor juga masih kurang tertarik akan penelitian farmasi seperti riset bahan baku obat. Dari dana pemerintah saja hanya 0,09 persen. "Itu sangat kecil sekali. Dari segi kepantasan suatu bangsa sepertinya malu," pungkasnya.