Sunat Sebaiknya Saat Anak Umur 6 Bulan, Berikut 3 Alasannya

Usia terbaik untuk melakukan sunat, saat anak berumur enam bulan, bukan di saat anak memasuki SD kelas 6.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 14 Des 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 09:00 WIB
Sunat
Sunat Sebaiknya Saat Anak Umur 6 Bulan, Berikut 3 Alasannya

Liputan6.com, Jakarta Sunat paling baik dilakukan ketika anak masih berumur enam bulan. Bukan di saat si Kecil sudah menginjak usia sekolah dasar. Seperti yang banyak orangtua di Indonesia, yang baru menyunat anak laki-lakinya ketika liburan sekolah.

Spesialis Bedah Saraf sekaligus Pendiri Rumah Sunatan, dr Mahdian Nur Nasution mengatakan, alasan anak sebaiknya di-sunat di umur enam bulan lantaran sel-selnya tumbuh sangat cepat sehingga mempercepat proses penyembuhan pada luka setelah sunat.

"Mungkin banyak orangtua yang tidak tega melakukan sunat pada bayi laki-laki yang masih kecil, tapi justru semakin cepat disunat, tepatnya di bawah usia enam bulan, semakin banyak manfaat yang didapat," kata Mahdian di Jakarta, Selasa (13/12/2016).

Dalam kesempatan itu, Mahdian memberitahu apa saja manfaat melakukan sunat di bawah umur enam bulan;

1. Tidak bergesekan dengan kasur

"Sunat paling baik dilakukan ketika anak belum bisa tengkurap, yaitu kurang dari enam bulan. Karena selain proses penyembuhan yang terjadi lebih cepat, di usia ini ketika sunat baru saja dilakukan, ia belum bisa tengkurap, yang bisa saja menyebabkan penisnya bergesekan dengan kasur dan membuatnya berdarah lagi," kata Mahdian.

2. Faktor trauma psikis

Trauma psikis dalan hal sunat, sangat penting untuk diperhatikan pada anak-anak. Karena jika tidak, hal ini bisa berdampak padanya hinga dewasa.

"Sering ditemui bapak-bapak yang pingsan saat antar anaknya yang mau sunat, karena ia ingat pengalamannya dulu saat disunat, nah ini trauma psikis. Kalau sunatnya bagus ya enggak apa-apa, tapi kalau sunatnya enggak bagus ya trauma," kata Mahdian menambahkan.

Oleh karena itu, sunat di umur enam bulan merupakan pilihan yang tepat karena anak tidak tahu apa-apa dibanding saat usia SD.

3. Fimosis

Jika laki-laki cepat di-sunat ketika ia memiliki kondisi fimosis (kulup penis tidak bisa ditarik ke belakang), maka menurut dr. Mahdian, risikonya terkena infeksi pun bisa berkurang.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya