Liputan6.com, Jakarta Rossa bukan tipikal ibu yang suka mengekang kemauan buah hati tercinta. Rossa yang sudah lebih dari lima tahun menyandang status single parent untuk Rizky Langit Ramadhan, 10 tahun, punya aturan sendiri untuk Rizky terapkan di kehidupan sehari-hari.
Baca Juga
Advertisement
Seperti halnya mengajarkan buah hati tercinta untuk berpuasa Ramadan. Rossa lebih senang membiarkan Rizky yang memilih kapan mau mulai berpuasa, ketimbang mengajarkan sejak kecil tapi harus diiming-iming dengan uang.
Menurut Rossa, dia sendiri tidak pernah diajarkan hal semacam itu oleh papa dan mamanya sewaktu kecil. "Aku sudah mulai puasa dari TK tanpa iming-iming uang. Awalnya memang setengah hari, tapi masuk tahun-tahun berikutnya mulai satu harian penuh," kata Rossa.
Ajaran itu rupanya menular ke dirinya. Dia hanya mengatakan kepada Rizky bahwa puasa adalah wajib, sama halnya dengan salat.
"Akhirnya, SD kelas 1 dia belajar sendiri berpuasa itu seperti apa. Sama kayak saya dulu, awalnya setengah hari, full, setengah hari. Sekarang dia sudah kelas 4," kata perempuan yang akrab dengan sapaan Teh Ocha di Redaksi Liputan6.com pada Jumat, 9 Juni 2017.
Kemudian, Rossa selalu mengajarkan Rizky untuk tidak berpikir bahwa semua hal itu bisa dibeli. Sekali pun sang ibu punya banyak uang, sang anak harus tahu untuk mendapatkan itu harus berusaha.
"Dia mau beli apa, selalu aku batasin. Dia mau minta itu, aku bilang mahal. Sampai pada akhirnya dia pernah tanya ke aku 'Mahal itu berapa, Bu?'. Pokoknya mahal," kata Rossa sambil tertawa.
Kata "mahal" itu akhirnya tersangkut di kepala Rizky. Sampai-sampai kalau dia singgah ke toko mainan, "apakah ini mahal?" adalah kalimat yang paling sering dia lontarkan ke penjaga toko.
"Aku memang enggak terlalu senang memanjakan anak, walaupun secara fisik aku masih sering peluk-peluk dia. Tidurnya pun masih bareng. Bahkan, setahun kemarin dia home schooling biar belajarnya sama aku dan ada guru lesnya," kata Rossa.
Langkah home schooling ini diambil karena Rossa melihat sang anak jenuh sekolah. Bagi Rossa, itu wajar karena Rizky kecepatan masuk sekolahnya.
"Dia masuk SD umur 5 tahun apa belum gitu. Awalnya dia enggak mau belajar, tapi kelas 2 dan 3 sudah mulai oke. Kelas 4 enggak mau belajar lagi, maunya main. Mungkin bosan," kata Rossa.
Rossa tak mau memaksa sang anak untuk tetap sekolah sedangkan dia sendiri merasa jenuh. Dia menarik sang anak dari sekolahnya, lalu home schooling dengan harapan Rizky akan terpacu untuk kembali masuk sekolah.
"Dia sekolahnya sampai jam 4 sore. Aku jadi jarang ketemu, padahal dari pagi sampai jam segitu aku di rumah. Aku merasa waktunya enggak kondusif. Dengan home schooling ini aku jadi sering ketemu dia, ikut belajar bareng dengan dia, dan harapan aku dia lebih terpacu lagi untuk mau bersekolah kembali," kata Rossa.
Rencananya tahun ajaran baru ini sang anak akan kembali bersekolah normal.