Liputan6.com, Jakarta Beberapa hari belakangan ini, publik dibuat heboh dengan konten pornografi yang bisa diakses lewat aplikasi berkirim pesan, Whatsapp. Banyak orangtua bereaksi dan melontarkan kekhawatiran mereka pada aplikasi yang sangat banyak digunakan di Indonesia ini.
Kebanyakan reaksi orangtua adalah menuntut agar konten GIF bernuansa seks atau pornografi dibersihkan dari aplikasi Whatsapp. Namun, ada juga orangtua yang lebih santai menanggapi hal ini, seperti misalnya Ronny Agustinus. Ronny adalah seorang penerjemah dan penerbit buku yang memiliki anak remaja berusia 15 tahun.
Baca Juga
"Ya menurut aku problemnya salah satunya itu ya: bener enggak sih anak-anak kepikiran gitu untuk nyari yang gitu-gitu (konten porno)? Jangan-jangan kecemasan orangtua aja yang memang hobinya searching gituan," tutur Ronny via aplikasi Whatsapp saat dihubungi Health-Liputan6.com, Senin (6/11/2017).
Advertisement
Ronny juga mengungkapkan unek-uneknya tentang masalah yang menurutnya lebih besar. "Ortu di Indonesia itu peduli dengan batas umur enggak, sih? Kalau aku lihatnya, mereka tidak mau peduli dengan batas umur, tapi inginnya dunia yang dibersihkan dari hal-hal seksual."
Ronny memberi contoh, misalnya, orangtua membiarkan anak-anaknya yang belum cukup umur untuk menggunakan media sosial (misalnya Facebook), yang sebenarnya memiliki batasan usia 13 tahun. "Atau ortu ngajak anak nonton Deadpool (dengan rating 17+), terus ngomel-ngomel sendiri kok filmnya gitu," lanjutnya lagi.
Â
Ada aplikasi alternatif
Namun, Ronny sendiri mengatakan kalau anaknya lebih sering menggunakan aplikasi berkirim pesan lain, yaitu Line, yang sepertinya memang lebih banyak digunakan oleh para remaja saat ini. Seperti juga anak dari Sigit, seorang wartawan dengan putra berusia 13 tahun.
"Anakku pakai Whatsapp itu cuma buat komunikasi sama aku saja. Sama ibunya dia juga pakai Line," ujarnya.
Sigit sendiri mengaku, dia baru mengetahui kabar konten porno di Whatsapp malam sebelumnya.
"Anakku kayaknya belum tahu deh, karena ya dia jarang pakai, kan. Cuma pasti nanti akan ada omongan ke depannya (tentang isu konten porno ini)," lanjutnya lagi. Walau sebenarnya, Sigit mengatakan membicarakan hal ini dengan anaknya bisa menjadi pisau bermata dua.
"Nah itu, kalau anakku belum tahu, aku ajak ngomong malah jadi tahu, kan? Tapi kayanya dia belum sampai ke usia mencari-cari konten porno seperti ini," jelas Sigit yang baru saja mengikuti seminar parenting di sekolah sang Anak.
"Kemarin ada psikolog yang datang ke sekolah anakku dan melakukan tinjauan pada anak-anak. Kesimpulannya, menurut dia anak-anak seumur anakku belum akan secara aktif mencari konten porno. Kebanyakan, konten porno itu mereka dapat dari kiriman orang, jadi itu sih yang lebih mengkhawatirkan," jelasnya lagi.
Â
Advertisement
Khawatir tapi tak sampai melarang
Sementara itu, Alma, seorang desainer grafis yang putrinya baru berusia 12 tahun, mengaku cukup kaget dan khawatir mendengar kabar konten porno di aplikasi Whatsapp.
Sempat panik mendengar kabar ini, Alma mengatakan kalau dia akan mengajak putrinya berbicara. "Daripada nanti nanya ke teman-temannya, malah lebih ngaco, kan," jelasnya via aplikasi Whatsapp.
"Hape anakku tuh hape lama, jadi cuma bisa WA. Hapenya sudah enggak kuat untuk aplikasi Line," jelasnya lagi. Karena Whatsapp adalah aplikasi berikirim pesan utama yang digunakan anaknya, Alma mengatakan, dia perlu membicarakan konten porno ini dengan putrinya.
"Dia perlu dikasih penjelasan, kalau hal itu bukan untuk anak-anak. Lagipula aku juga sudah pernah ngasih dia edukasi seks, sampai memberikan bukunya segala, jadi moga-moga nanti dia paham," lanjutnya.
Walaupun begitu, Alma mengatakan dia tidak akan melarang anaknya menggunakan aplikasi Whatsapp. "Nanti komunikasinya jadi susah," jawabnya.
Keputusan yang sama juga diambil oleh Ronny dan Sigit, yang tidak akan melarang anak-anaknya untuk terus menggunakan Whatsapp.