Liputan6.com, Jakarta Fadli, bocah laki-laki penjual donat, terlihat membawa dua tabung gas melon berukuran tiga kilogram untuk dipakai masak ibunya. Setelah menaruh tabung gas ke dapur, ia menghampiri tim Liputan6.com yang sudah menunggu di teras rumah, sambil kemudian memperkenalkan diri.
Advertisement
Senin, 4 Desember 2017, kesibukan yang terjadi di kediaman orangtua Fadli di Cibubur, Jakarta Timur, agak berbeda. Tidak ada aktivitas menggoreng donat kentang, seperti yang biasa dilakukan Sumasih untuk dijual Fadli. Kala itu terlihat sejumlah pria bertelanjang dada sibuk memasang tenda.
"Kakaknya Fadli yang perempuan mau menikah," kata Sumasih. Prosesi akad nikah dan resepsi akan diadakan Rabu, 6 Desember 2017, sehingga sudah satu minggu ini Fadli tidak berjualan donat.
Tabung gas yang dibawa Fadli tadi buat keperluan memasak untuk Rabu besok. "Fadli kebagian tugas membeli gas," kata Sumasih.
Bocah laki-laki berumur 10 tahun yang banyak "diburu" setelah kisahnya berjualan donat viral itu mula-mula irit bicara. Namun, setelah selesai makan siang dengan menu ayam goreng dada kesukaannya, Fadli mulai bercerita mengenai dirinya.
Â
Fadli Berjualan Sejak Umur 6 Tahun
Fadli yang bercita-cita jadi polisi mulai berjualan sejak umur enam tahun. Di saat anak-anak seumuran dia merasakan bangku sekolah dasar untuk pertama kali, Fadli justru menghabiskan hari-hari dengan berjualan.
"Pernah jualan balon," kata Fadli singkat. Balon yang dia maksud adalah balon-balon berukuran kecil berisi air yang sering digunakan untuk bermain lempar balon. Fadli menjual balon-balon itu seharga Rp1.000 .
Namun, hal itu tidak berlangsung lama,"Ibu enggak setuju. Aku diomelin."
Setelah tidak lagi berjualan balon air, Fadli yang merupakan anak nomor empat dari enam bersaudara ini banting setir berjualan donat kentang buatan ibunya.
"Donat punya ibu. Ibu yang goreng," kata Fadli.
Menurut cerita Fadli, ibunya menggoreng donat kentang setelah pulang dari mencuci dan menggosok di rumah tetangga, kira-kira pukul 12.00 siang. Sehingga ketika Fadli pulang untuk mengambil barang dagangannya, donat kentang tersebut masih dalam keadaan panas.
Jarak dari sekolah Fadli ke rumah tidak jauh. Letak SDN 09 Cibubur tempat Fadli menuntut ilmu berada persis di depan gang rumahnya.
"Habis makan siang, baru aku jalan buat jualan," kata Fadli yang biasa berjualan di depan SMP 258 Cibubur atau daerah Rawa Kuda.
Â
Advertisement
Fadli Jualan Donat Kentang Buat Bantu Ibu
Fadli memang sudah berumur 10 tahun, tapi baru dua tahun ini dia merasakan bangku sekolah dasar, karena keterbatasan biaya dan akta kelahiran yang baru selesai diurus. Keterbatasan dana ini yang membuat Fadli tergerak membantu keuangan keluarga dengan berjualan donat.
"Aku jualan donat buat bantu ibu," kata Fadli.
"Kakak (perempuan) pernah jualan juga. Habis itu, kakak nomor dua sama nomor tiga. Cuma enggak lama, (karena) ikut kerja kayak bapak (jadi kuli bangunan)," ujar dia.
Fadli punya keinginan, uang dari hasil jualan donat kentang ini bisa jadi modal untuk ibunya jualan lagi. "Pengin bantu ibu, biar ibu ada modal untuk jualan lagi," kata Fadli.
Tujuan mulia itu yang membuat Fadli tidak menuntut imbalan banyak dari hasil berjualan donat.
"Aku mintanya sepuluh ribu saja," kata Fadli.
Â
Donat Tidak Pernah Tidak Laku
Di dalam mobil dari tempat makan siang menuju rumahnya Fadli kembali bercerita. Sehari-hari, donat kentang yang dia jual berkisar 100 sampai 120 buah. Harga satu donat kentang adalah Rp 2.000 .
"Aku bawa (pulang) dua ratus ribu (kalau semua donat laku terjual)," ujar dia.
Menurut Fadli, dia mendapat "upah" Rp10.000 yang selalu dia tabung atau buat jajan. "Jajan makanan. Aku suka makan," kata Fadli.
Fadli mengatakan, kalau dia banyak makan, tenaga untuk berjualan donat akan besar. Sebab, bocah laki-laki yang baru saja dihadiahi sepeda oleh Deddy Corbuzier itu tidak berjualan di satu titik saja.
"Jualannya di TK Kautsar atau di daerah Rawa Kuda, lumayan jauh dari rumah," kata Fadli. Jika boleh memilih, Fadli inginnya berjualan di SMP Negeri 258 saja.
Fadli pun mengungkapkan satu prinsip yang dia pegang selama berjualan. "Keliling dulu baru (nongkrong) di satu tempat," ujar dia. Dan, ia memilih untuk beristirahat di hari Jumat. "Sabtu dan Minggu masih jualan (di Rawa Kuda)," kata dia menambahkan.
Â
Advertisement
Waktu Belajar Fadli si Bocah Penjual Donat
Fadli berjualan donat kentang selalu setelah pulang sekolah sampai pukul 17.00 sore. Jam-jam itu biasanya dipakai anak seumuran dia untuk tidur siang atau bermain bersama teman. Saat ditanya apakah Fadli tidak iri melihat teman-temannya, dia menjawab,"Enakan jualan, dapat uang."
Setelah pulang berjualan, Fadli main sebentar bersama adiknya baru sesudah itu mandi. Selepas salat Maghrib, ia pergi mengaji sampai azan Isya berkumandang. Baru setelah itu Fadli belajar sampai pukul 21.00 malam.
"(kalau capai) sampai jam 20.00 (saja) belajarnya," kata dia.
Fadli mengatakan, guru di sekolahnya jarang memberikan pekerjaan rumah untuk murid-muridnya. Ia belajar supaya nilai-nilainya bagus supaya nanti bisa jadi polisi.
Kepada tim Liputan6.com dia mengatakan,"(nilai) Matematika 100, Bahasa Indonesia 90, Bahasa Inggris 50."
Fadli agak malu menyebut angka 50. Bagi dia, pelajaran Bahasa Inggris itu susah, lebih gampang Matematika.
"Biar bisa berhitung, (agar) tidak ditipu pas jualan," kata Fadli, bocah si penjual donat kentang dari Cibubur.