Menyusui Hindarkan Ibu dari Risiko Diabetes Tipe 2?

Penelitian menunjukkan, menyusui memiliki manfaat jangka panjang yang signifikan bagi ibu, yakni mencegah diabetes tipe 2.

oleh Gina Melani diperbarui 18 Jan 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2018, 13:30 WIB
Superhero Menyusui yang Menggugah Hati Netizen
Menyusui adalah perjuangan tersendiri bagi para ibu. (

Liputan6.com, Jakarta Ternyata menyusui bukan hanya memberi manfaat bagi buah hati saja, melainkan juga bagi sang ibu. Penelitian menunjukkan, menyusui memiliki manfaat jangka panjang yang signifikan bagi ibu, yakni mencegah diabetes tipe 2.

"Kami menemukan bahwa durasi menyusui yang lebih lama dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang jauh lebih rendah pada wanita," kata penulis utama studi Erica Gunderson, dikutip dari laman Webmd (Kamis, 18/01/2018).

Faktanya, wanita yang memberi ASI lebih dari enam bulan memiliki sekitar separuh risiko diabetes tipe 2 dibanding wanita yang tidak pernah menyusui. Hal tersebut diungkap oleh Gunderson, seorang ilmuwan epidemiologi dan ilmuwan riset senior di divisi penelitian Kaiser Permanente Northern California di Oakland.

Pada bayi, proses menyusui dikaitkan dengan penurunan risiko infeksi, diabetes tipe 1 dan tipe 2, beberapa jenis kanker dan kelebihan berat badan dan obesitas di masa kecil.

Sedangkan pada ibu, menyusui membantu kembali ke berat badan sebelum hamil dan menurunkan kehilangan darah pascamelahirkan dan kehilangan darah menstruasi.

Menyusui juga dikaitkan dengan risiko kanker payudara dan ovarium yang lebih rendah pada ibu, menurut American Academy of Pediatrics.

 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

Studi 30 tahun

Kiat untuk Mencegah Diabetes Tipe 2
Kiat untuk Mencegah Diabetes Tipe 2

Studi baru ini dimulai 30 tahun yang lalu ketika peneliti merekrut wanita berusia 18 sampai 30 tahun, untuk studi penyakit jantung. Selama penelitian tersebut, peneliti juga mengumpulkan informasi tentang kehamilan dan menyusui. Setiap lima tahun, mereka menguji wanita untuk mengetahui risiko diabetes.

Para peneliti menyesuaikan data untuk memperhitungkan faktor lain yang dapat memengaruhi risiko wanita terhadap diabetes tipe 2, termasuk pendapatan, pendidikan, berat badan, kualitas diet, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan dan kondisi kesehatan lainnya.

Pada akhir studi 30 tahun itu diketahui, wanita yang memberi ASI selama 6 sampai 12 bulan memiliki risiko 48 persen lebih rendah untuk diabetes tipe 2 daripada wanita yang tidak pernah memberi ASI.

Menyusui bantu mengembalikan metabolisme seperti semula

Bentuk payudara ibu menyusui
Setelah menyusui, banyak wanita yang mengeluh bentuk payudara berubah.

Meskipun penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat, para peneliti menduga bahwa menyusui dengan cepat mengembalikan tubuh ke keadaan metabolik yang lebih normal.

Penelitian lain pun telah menunjukkan bahwa ketika wanita menyusui, kadar trigliserida mereka (sejenis lemak darah) dan gula darah kembali normal lebih cepat. Ibu menyusui juga mengeluarkan sedikit insulin dan menggunakan jaringan lemak.

Dr. Rekha Kumar, seorang endokrinologi di Pusat Kontrol Berat Komprehensif Kompromi New York-Presbyterian / Weill Cornell di New York City, juga berpikir bahwa menyusui kemungkinan memiliki efek menguntungkan pada metabolisme insulin dan metabolisme gula darah.

"Pemberian ASI membuat Anda lebih peka terhadap hormon insulin," kata Kumar.

Perlu studi lebih besar

5 Manfaat Menyusui bagi Ibu
5 Manfaat Menyusui bagi Ibu

Namun, dia menambahkan bahwa penelitian yang lebih besar perlu dilakukan untuk menduplikat temuan serta lebih memahami mekanisme di balik efek perlindungan.

Kumar mengatakan, "Saya menyukai penelitian ini. Sudah lama kita telah berbicara tentang manfaat menyusui pada bayi, tapi kita tidak selalu membicarakan manfaat jangka panjang untuk para ibu."

Penulis studi Gunderson mengatakan bahwa manfaat menyusui dapat melampaui pengurangan diabetes tipe 2. Karena diabetes tipe 2 merupakan faktor risiko penyakit jantung yang sangat kuat, kemungkinan menyusui juga bisa menyebabkan penurunan penyakit jantung, yang kemudian berpotensi mengurangi biaya perawatan kesehatan.

Penelitian ini dipublikasikan secara online pada 16 Januari di JAMA Internal Medicine.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya