Pasien Penyakit Langka Harus Impor Obat dan Makanan

Tak diproduksi dalam negeri, obat dan makanan untuk penderita penyakit langka harus didatangkan dari luar negeri.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 01 Mar 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2018, 13:00 WIB
Ilustrasi susu untuk pasien penyakit langka. (iStockphoto)
Ilustrasi susu untuk pasien penyakit langka. (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Obat dan makanan untuk menangani penyakit langka di Indonesia seluruhnya didatangkan dari luar negeri alias impor. 

Orphan drugs and food adalah produk medis yang digunakan untuk diagnosis, pencegahan, dan perawatan penyakit langka. Obat dan makanan tersebut sulit dipasarkan mengingat hanya ditujukan untuk sejumlah kecil pasien yang menderita penyakit langka.

"Di Indonesia belum ada pabrik obat dan makanan, khusus untuk penderita penyakit langka. Jadi, beli obat dan makanannya harus dari luar negeri'," ungkap Damayati R Sjarif, spesialis konsultan anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta saat diskusi "Rare Disease 2018" di IMERI UI, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, Rabu (28/2/2018).

Salah satu produk obat dalam bentuk makanan, yakni susu. Untuk bisa memeroleh susu tersebut tak mudah dan sangat mahal.

"Harga susunya saja ada yang Rp700.000 untuk sebulan. Bayangkan, bagaimana orang yang tidak mampu membelinya? Banyak yang tidak sanggup," tambah Damayanti.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

Beda cerita dengan India

Walau langka, pasien penyakit langka harus tetap punya harapan hidup.
Walau langka, pasien penyakit langka harus tetap punya harapan hidup.

Jika obat dan makanan untuk penderita penyakit langka di Indonesia harus didatangkan dari luar negeri. Di India, keluarga dan penderita penyakit langka bisa cukup tenang.

Obat dan makanan khusus sudah mampu bisa disediakan di dalam negeri. Ada badan khusus yang membuat makanan untuk penderita penyakit langka.

"Badan itu bertugas untuk membuat makanan organik (khusus penderita penyakit langka). Jadi, pasien tidak begitu membayar biaya sangat mahal untuk makanan khususnya," jelas Ratna Dua Puri, ahli genetika dari Sir Ganga Ram Hospital.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya