Jangan Hanya 24 Maret, Waspada Tuberkulosis Harus Setiap Hari

Tidak hanya pada tanggal 24 Maret saja, masyarakat harus waspada bahaya tuberkulosis setiap hari

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 24 Mar 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2018, 08:00 WIB
Hari Tuberkulosis Dunia merayakan ditemukannya kuman penyebab Tuberkulosis oleh Dr. Robert Koch pada 24 Maret 1882. (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Hari Tuberkulosis Dunia merayakan ditemukannya kuman penyebab Tuberkulosis oleh Dr. Robert Koch pada 24 Maret 1882. (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan, masyarakat harus waspada bahaya tuberkulosis setiap hari. Bukan hanya pada saat Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh pada 24 Maret.

"Buat kami, TB Day is everyday," kata dr. Erlina Burhan, ketua Pokja Tuberkulosis Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) disampaikan di Jakarta, Jumat (23/2/2018).

Menurut dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), Ketua PDPI mengatakan, Hari Tuberkulosis Sedunia harus jadi momen bagi masyarakat dan pihak-pihak terkait lebih sadar akan bahaya tuberkulosis.

"Seluruh elemen masyarakat, bukan hanya dokter atau tenaga medis, harus aware bahwa TB adalah masalah kesehatan yang penting," kata Agus ditemui Health Liputan6.com.

Menurut Agus, orang yang memiliki gejala tuberkulosis harus segera memeriksakan diri. Saat ini, pemerintah sudah menyediakan banyak fasilitas pengobatan gratis.

Selain itu, bagi mereka yang sakit harus minum obat sampai sembuh. Ini karena dengan sembuh, mereka juga mengurangi kuman yang bisa menular ke orang lain.

Beberapa gejala penyakit tuberkulosis antara lain: batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, demam yang tidak terlalu tinggi. dan keringat di malam hari meskipun tidak beraktivitas.

Selain itu, tuberkulosis juga bisa berdampak pada perekonomian keluarga dan diri sendiri, akibat terganggunya pekerjaan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

3 Masalah Tuberkulosis di Indonesia

dr. Agus Dwi Susanto (tengah) bersama dr. Erlina Burhan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, memberikan paparan terkait bahaya tuberkulosis di Jakarta, Jumat (23/3/2018). (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti).
dr. Agus Dwi Susanto (tengah) bersama dr. Erlina Burhan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, memberikan paparan terkait bahaya tuberkulosis di Jakarta, Jumat (23/3/2018). (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti).

Menurut PDPI, Indonesia memiliki masalah tiga tuberkulosis. Yaitu tuberkulosis, tuberkulosis kebal obat (TB Multridrugresistant atau TB MDR), serta tuberkulosis dengan HIV (TB-HIV)

Di luar pasien TB-HIV, kematian akibat tuberkulosis mencapai 100 ribu per tahun.

Indonesia juga memiliki masalah kasus TB-MDR dengan persentase 2,8 persen kasus TB baru, serta 16 persen kasus yang pernah diobati sebelumnya.

Masalah ini menjadi semakin berat dengan adanya infeksi HIV yang mencapai 4,4 persen dari kasus TB baru. Selain itu, angka kesembuhan menurun dari 90,1 persen menjadi 85 persen.

Angka deteksi kasus juga terbilang masih rendah sebesar 32 persen kasus yang tidak tercatat mencapai 67 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya