Jaringan Terorisme Bisa Masuk Lewat Jaringan Alumni di Sekolah

Pola pelibatan anak dalam jaringan terorisme dan masuknya paham radikalisme bisa melalui jaringan alumni di sekolah.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Mei 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 11:15 WIB
Aksi Jaga Jakarta di Bunderan HI
Jaringan terorisme bisa masuk lewat jaringan alumni di sekolah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Jaringan alumni di sekolah dapat menjadi pintu masuk paham radikalisme. Anak-anak yang disusupi paham radikalisme perlahan-lahan akan terlibat dalam jaringan terorisme.

Adanya fenomena tersebut disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti pada konferensi pers kejahatan terorisme di Kantor KPAI, Jakarta.

"Secara umum, ada beberapa indikasi kasus, pelibatan anak masuk jaringan terorisme dan paham radikalisme itu dari para alumninya. Ini terlihat saat anak mulai bicara atau bertindak radikal setelah masuk jaringan alumni," kata Retno, ditulis Rabu (16/5/2018).

Setelah para alumni lulus dari sekolah, mereka bisa membentuk kegiatan atau ekstrakurikuler tertentu. Dalam hal masuknya jaringan terorisme, kegiatan yang dilakukan lebih mengarah pada kegiatan kerohanian.

"Mereka dan juniornya tergabung dalam kegiatan kerohanian. Biasanya kegiatan ini berupa kelompok kecil yang beranggotakan lima orang," ucap Retno.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Modus masuknya paham radikalisme

Cara Anak Muda Melawan Radikalisme di Dunia Maya
Penandatanganan seruan damai untuk Indonesia di Kota Malang (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Proses masuknya paham radikalisme dan terorisme melalui kegiatan kerohanian di sekolah tidak secara langsung. Siswa yang bersangkutan biasanya dibantu terlebih dahulu, apa kesulitan yang dihadapi.

"Misalnya, ada anak yang nilainya kurang di mata pelajaran tertentu. Dia nanti dibantu sama kakak-kakak alumninya. Atau bisa juga siswa yang ternyata kurang kasih sayang di keluarganya, diberikan kasih sayang," Retno menambahkan.

Ketika siswa sudah sangat nyaman dan dekat dengan alumni, paham radikalisme juga terorisme baru disampaikan.

Tanda-tanda siswa terpapar paham radikalisme terlihat saat ia tidak mau hormat bendera (Merah Putih)--ikut upacara bendera--dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Sekolah dan guru harus peka

Hanz Jimenez Salim/Liputan6.com
Ibu-ibu dukung Polri basmi radikalisme

Bila ada tanda-tanda siswa yang mengarah pada paham radikalisme dan terorisme, sekolah dan guru harus peka. Tak hanya dari jaringan alumni saja, sesi ceramah yang kerap dilakukan di sekolah-sekolah juga perlu diantisipasi.

Untuk mengantisipasi menyebarnya paham, salah satu cara adalah mendeteksi isi ceramah yang disampaikan.

"Contohnya di DKI Jakarta kan tiap hari Jumat suka ada ceramah. Sekolah bisa mendeteksi, sebelum ceramah disampaikan, apa isi ceramahnya. Apakah konten ceramah berisi unsur radikal atau tidak," ucap Retno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya