Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan Laporan Indeks Pembangunan Pemuda tahun 2017 yang diluncurkan oleh Bappenas, Kemenko PMK dan Kemenpora, terdapat lima domain untuk menilai pembangunan pemuda, yaitu: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi. Tahun ini, Yogyakarta memimpin IPP dengan nilai tertinggi dari 34 provinsi di Indonesia, dimana salah satu prestasi Yogyakarta adalah pencapaian domain kesehatan.
Pelibatan pemuda dalam pembangunan kesehatan menjadi prioritas yang saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah. Terlebih lagi, dengan komitmen pemerintah untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2030, pemuda tidak lagi menjadi objek pembangunan tetapi mereka adalah pelaku dari pembangunan. Hal ini yang diyakini oleh Diah Saminarsih, Advisor Gender and Youth in the Office of WHO Director General, yang pekan lalu hadir sebagai pembicara dalam Ruang&Tempo pada hari Kamis lalu dengan tema ‘Youth Engagement in Health’.
Baca Juga
“Jika beberapa tahun yang lalu, organisasi internasional seperti WHO banyak menyalurkan bantuan ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia karena pada saat ini negara berkembang menghadapi tantangan kesehatan yang beragam, dan memiliki keterbatasan sumber daya. Saat ini, organisasi justru banyak perwakilan negara masing-masing untuk memahami seberapa jauh solusi yang dahulu sudah disampaikan itu menciptakan dampak. Yang tadi saya jelaskan itu sebenarnya cuma ‘konten’, untuk menjalankan konten tersebut kan kita butuh ‘operator’. Nah, pemuda-pemuda inilah yang nantinya akan menjadi operator,” ujar Diah.
Advertisement
Kampanye Kesehatan Kekinian
Pada acara tersebut, Ruang&Tempo juga mendatangkan narasumber-narasumber muda lain yang bergelut dalam bidang kesehatan, yaitu Hasna Pradityas, Co-Founder Smoke Free Agents, dan Gigih Septianto, Co-Founder startup WeCare.id.
Sama halnya seperti pembicara sebelumnya, Tyas juga mengakui pentingnya peran generasi muda dalam bidang kesehatan, khususnya dalam berpartisipasi melakukan upaya pengendalian tembakau. Tyas bersama Smoke Free Agents berupaya menemukan medium informasi yang sesuai dengan pemuda diantaranya pembuatan mural, video dan tagar agar masyarakat tidak gampang bosan dengan bentuk kampanye yang sebagian besar dilakukan hanya dalam bentuk demonstrasi saja. “Menurut saya, sangat penting bagi anak muda untuk mengetahui bahaya rokok. Oleh karena itu, saya juga mau mengajak anak-anak muda untuk berkontribusi dalam isu pengendalian tembakau,” kata Tyas.
Di era yang serba teknologi-sentris ini juga ternyata dimanfaatkan oleh beberapa anak muda sebagai wadah untuk menuangkan ide-ide kreatif. Salah satunya adalah Gigih, yang menciptakan sebuah start-up bernama WeCare. WeCare sendiri adalah platform yang digunakan untuk menggalang dana bagi pasien-pasien yang kurang mampu dan tinggal di daerah yang sulit dijangkau. Ia berharap bahwa dengan diciptakannya platform ini, masyarakat bisa dengan lebih mudah ikut berpartisipasi membantu pasien-pasien yang kurang mampu.
“Generasi muda adalah generasi change-maker atau pembawa perubahan yang nantinya akan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam bidang kesehatan. Sehingga peran pemerintah serta masyarakat lainnya adalah untuk mendorong inisiatif pemuda,” tutup Diah.
Advertisement