Polusi Udara Tingkatkan Risiko Keguguran pada Ibu Hamil

Penelitian terbaru menemukan, partikel polusi udara yang ditemukan pada plasenta bisa berbahaya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Jan 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2019, 14:00 WIB
Begini Penampakan Polusi Udara di India
Perempuan India berjalan bersama anak-anak mereka di tengah kabut tebal di dekat Gerbang India di New Delhi (24/12). (AFP Photo/Prakash Singh)

Liputan6.com, Jakarta Polusi udara meningkatkan risiko keguguran bagi ibu hamil. Bahkan, ini sama buruknya dengan merokok. Sebuah penelitian mengungkapkan tentang bahaya dari pencemaran lingkungan tersebut terhadap generasi mendatang.

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (22/1/2019), polusi udara diketahui dapat membahayakan janin dengan meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan rendah. Penelitian terbaru sebelumnya juga mengungkapkan bahwa partikel polusi ditemukan di plasenta.

Studi yang dipublikasi di jurnal Fertility and Sterility ini menjadi yang pertama kalinya dalam menilai dampak paparan jangka pendek polusi udara. Peningkatan kadar nitrogen dioksida (NO2) yang biasa terjadi di seluruh dunia, meningkatkan risiko keguguran sebesar 16 persen.

"Jika Anda membandingkan peningkatan risiko itu dengan studi lain tentang dampak lingkungan pada janin, ini sama buruknya dengan asap tembakai di trimester pertama kehamilan," ujar peneliti dari University of Utah Amerika Serikat, Dr. Matthew Fuller.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Masalah di seluruh dunia

Aktivis dari Gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta
Aktivis membentangkan spanduk saat kampanye damai terkait buruknya udara Jakarta di Bundaran HI, Rabu (5/12). Aksi tersebut sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah akibat lalai dalam menangani polusi udara di Jakarta. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Walaupun penelitian dilakukan di Amerika Serikat dan beberapa daerah perkotaan, namun Fuller mengatakan bahwa hasil tersebut bisa diterapkan di seluruh dunia.

"Ada banyak tempat di dunia yang memiliki polusi jauh lebih besar. Jadi ini bukan masalah yang hanya di Utah. Ini adalah masalah yang kita semua hadapi," ujarnya.

Fuller bekerjasama dengan ilmuwan lain untuk menganalisis catatan lebih dari 1.300 wanita yang datang ke gawat darurat setelah keguguran dari tahun 2007 hingga 2015. Mereka menghitung paparan polusi udara pada wanita saat keguguran dibandingkan dengan saat dirinya tidak keguguran. Usia, berat badan, pendapatan, dan faktor-faktor pribadi lainnya dicatat.

"Banyak dari kita berpikir ada efek (polusi udara) pada kesehatan kita, tetapi untuk mengetahui ada efek aktual pada anak yang belum lahir dan ini sangat mengecewakan," kata Fuller.

Dr. Sarah Stock dari University of Edinburgh yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, polusi udara sangat merugikan kesehatan jutaan ibu, bayi, dan anak-anak di seluruh dunia.

"Langkah-langkah untuk mengurangi dampak polusi udara sangat penting untuk memastikan kesehatan generasi mendatang," kata Stock.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya