Liputan6.com, Jakarta Plasenta merupakan organ sementara yang terbentuk selama masa kehamilan dan memiliki peran vital bagi perkembangan janin. Organ ini mulai berkembang sekitar 7-10 hari setelah proses pembuahan berhasil terjadi. Plasenta menempel pada dinding rahim dan terhubung dengan janin melalui tali pusat.
Proses pembentukan plasenta dimulai ketika sel-sel trofoblas dari embrio menempel dan menggali lebih dalam ke dinding rahim. Sel-sel ini kemudian berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk struktur vili korionik yang menjadi unit fungsional utama plasenta. Vili korionik inilah yang nantinya akan menjadi tempat pertukaran nutrisi, oksigen, dan zat-zat lain antara ibu dan janin.
Advertisement
Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta akan terus berkembang dan menyesuaikan bentuknya. Pada akhir kehamilan, plasenta biasanya berbentuk seperti piringan bundar dengan diameter sekitar 22 cm dan ketebalan 2-2,5 cm. Beratnya dapat mencapai sekitar 500 gram, menyesuaikan dengan ukuran janin.
Advertisement
Letak plasenta dalam rahim dapat bervariasi, namun umumnya berada di bagian atas atau samping rahim. Dalam kondisi normal, plasenta akan bergerak ke atas dan menjauhi leher rahim seiring bertambah besarnya janin. Namun pada kasus yang jarang terjadi, plasenta dapat menempel di bagian bawah rahim yang disebut plasenta previa.
Fungsi Utama Plasenta bagi Perkembangan Janin
Plasenta memiliki beragam fungsi penting yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin selama berada dalam kandungan. Berikut ini adalah beberapa fungsi utama plasenta:
1. Menyalurkan Nutrisi dan Oksigen
Salah satu peran terpenting plasenta adalah menyalurkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Nutrisi yang dikonsumsi ibu akan masuk ke aliran darah dan dialirkan menuju plasenta. Melalui struktur vili korionik, nutrisi-nutrisi penting seperti glukosa, asam amino, asam lemak, vitamin dan mineral ditransfer dari darah ibu ke darah janin.
Proses transfer nutrisi ini diatur secara ketat untuk memastikan janin mendapatkan asupan yang optimal. Beberapa zat seperti glukosa dan asam amino ditransfer melalui mekanisme transport aktif, sementara zat lain seperti oksigen melalui difusi pasif. Plasenta juga memiliki kemampuan untuk menyimpan beberapa nutrisi seperti glikogen, lemak dan zat besi sebagai cadangan bagi janin.
Selain nutrisi, plasenta juga berperan vital dalam menyalurkan oksigen ke janin. Oksigen dari darah ibu akan berdifusi melewati membran plasenta menuju darah janin. Proses ini dibantu oleh efek Bohr, di mana pengambilan karbon dioksida oleh darah ibu menyebabkan pelepasan oksigen ke janin menjadi lebih mudah. Transfer oksigen ini sangat penting karena paru-paru janin belum berfungsi selama dalam kandungan.
2. Membuang Zat Sisa Metabolisme Janin
Selain menyalurkan nutrisi dan oksigen, plasenta juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa hasil metabolisme janin. Karbon dioksida dan limbah nitrogen seperti urea akan ditransfer dari darah janin ke darah ibu melalui plasenta. Zat-zat sisa ini kemudian akan dikeluarkan melalui sistem ekskresi ibu.
Fungsi ekskresi plasenta ini sangat penting karena organ-organ ekskresi janin seperti ginjal belum berfungsi sempurna selama dalam kandungan. Tanpa peran plasenta, zat-zat sisa metabolisme dapat menumpuk dan membahayakan perkembangan janin.
3. Memproduksi Hormon Kehamilan
Plasenta merupakan organ endokrin yang memproduksi berbagai hormon penting selama kehamilan. Beberapa hormon utama yang dihasilkan plasenta antara lain:
- Human Chorionic Gonadotropin (hCG): Hormon ini diproduksi sejak awal kehamilan dan berperan dalam mempertahankan korpus luteum serta mencegah menstruasi.
- Estrogen: Merangsang pertumbuhan rahim dan jaringan payudara serta mempersiapkan tubuh ibu untuk persalinan dan menyusui.
- Progesteron: Membantu mempertahankan kehamilan dengan memperkuat lapisan rahim dan mencegah kontraksi rahim yang prematur.
- Human Placental Lactogen (hPL): Merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan membantu metabolisme glukosa ibu.
Produksi hormon-hormon ini sangat penting untuk mempertahankan kehamilan, mendukung pertumbuhan janin, serta mempersiapkan tubuh ibu untuk persalinan dan menyusui.
4. Melindungi Janin dari Infeksi
Plasenta berfungsi sebagai penghalang yang melindungi janin dari berbagai infeksi dan zat berbahaya. Struktur plasenta memungkinkannya untuk menyaring darah ibu sebelum disalurkan ke janin. Beberapa bakteri dan zat berbahaya dapat dicegah melewati plasenta, meskipun tidak semua patogen dapat dihalangi sepenuhnya.
Selain itu, plasenta juga mentransfer antibodi IgG dari ibu ke janin. Transfer antibodi ini dimulai sejak awal kehamilan dan meningkat pada trimester ketiga. Antibodi yang ditransfer akan memberikan kekebalan pasif pada bayi selama beberapa bulan pertama kehidupannya.
Meski demikian, perlu diingat bahwa beberapa zat berbahaya seperti nikotin, alkohol, dan obat-obatan tertentu tetap dapat melewati plasenta. Karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk menghindari konsumsi zat-zat tersebut demi keamanan janin.
Advertisement
Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Plasenta
Meskipun plasenta merupakan organ yang tangguh, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi dan kesehatannya selama kehamilan. Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang perlu diwaspadai:
1. Usia Ibu
Usia ibu saat hamil dapat mempengaruhi kondisi plasenta. Kehamilan pada usia di atas 40 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah plasenta seperti plasenta previa atau solusio plasenta. Hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah dan perubahan hormonal yang terjadi seiring bertambahnya usia.
2. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat mengganggu aliran darah ke plasenta. Kondisi ini dapat menyebabkan plasenta tidak mendapat suplai darah yang cukup, sehingga menghambat pertumbuhan janin. Dalam kasus yang parah, hipertensi dapat menyebabkan solusio plasenta di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya.
3. Kehamilan Kembar
Pada kehamilan kembar atau lebih, plasenta harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen lebih dari satu janin. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah plasenta seperti plasenta previa atau insufisiensi plasenta.
4. Riwayat Operasi Rahim
Wanita yang pernah menjalani operasi pada rahim, seperti operasi caesar atau pengangkatan fibroid, memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah plasenta pada kehamilan berikutnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan struktur atau jaringan parut pada dinding rahim.
5. Kebiasaan Merokok dan Penggunaan Narkoba
Merokok dan penggunaan narkoba selama kehamilan dapat sangat mempengaruhi fungsi plasenta. Zat-zat berbahaya dalam rokok dan narkoba dapat melewati plasenta dan mengganggu aliran darah serta suplai oksigen ke janin. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
6. Trauma pada Perut
Cedera fisik pada area perut, seperti akibat kecelakaan atau jatuh, dapat menyebabkan trauma pada plasenta. Dalam kasus yang parah, trauma dapat menyebabkan solusio plasenta di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya.
7. Gangguan Pembekuan Darah
Kondisi medis yang mempengaruhi pembekuan darah dapat meningkatkan risiko masalah plasenta. Gangguan pembekuan darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah di plasenta, mengganggu aliran darah dan fungsi plasenta secara keseluruhan.
Gangguan dan Komplikasi Plasenta
Meskipun plasenta umumnya berfungsi dengan baik selama kehamilan, terkadang dapat terjadi gangguan atau komplikasi yang mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Berikut ini adalah beberapa gangguan plasenta yang perlu diwaspadai:
1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta menempel di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat selama kehamilan atau saat persalinan. Plasenta previa biasanya terdeteksi melalui pemeriksaan USG rutin.
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan vagina tanpa rasa nyeri, biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Penanganan plasenta previa tergantung pada tingkat keparahan dan usia kehamilan, mulai dari istirahat total hingga persalinan caesar darurat jika terjadi perdarahan hebat.
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta adalah kondisi di mana plasenta terlepas sebagian atau seluruhnya dari dinding rahim sebelum bayi lahir. Hal ini dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin serta menyebabkan perdarahan pada ibu.
Gejala solusio plasenta meliputi nyeri perut yang tiba-tiba, perdarahan vagina, dan kontraksi rahim yang terus-menerus. Penanganan tergantung pada tingkat keparahan dan usia kehamilan, namun seringkali memerlukan persalinan segera untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
3. Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah kondisi di mana plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim. Dalam kasus yang lebih parah (plasenta inkreta atau perkreta), plasenta dapat menembus lapisan otot rahim atau bahkan organ-organ di sekitarnya. Kondisi ini meningkatkan risiko perdarahan hebat saat persalinan.
Plasenta akreta seringkali tidak menimbulkan gejala selama kehamilan dan baru terdeteksi saat persalinan. Penanganannya biasanya melibatkan persalinan caesar yang direncanakan dengan baik, seringkali diikuti dengan histerektomi (pengangkatan rahim) untuk mencegah perdarahan yang mengancam jiwa.
4. Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta terjadi ketika plasenta tidak dapat berfungsi secara optimal untuk mendukung pertumbuhan janin. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti hipertensi, diabetes, atau masalah vaskular lainnya.
Gejala insufisiensi plasenta meliputi pertumbuhan janin yang terhambat dan berkurangnya gerakan janin. Penanganan tergantung pada tingkat keparahan dan usia kehamilan, mulai dari pemantauan ketat hingga induksi persalinan jika kondisi janin memburuk.
5. Retensi Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi di mana plasenta tidak keluar secara spontan dalam waktu 30-60 menit setelah bayi lahir. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan yang berbahaya.
Penanganan retensi plasenta biasanya melibatkan upaya manual untuk mengeluarkan plasenta atau dalam kasus yang lebih sulit, mungkin diperlukan prosedur operatif. Pemberian oksitosin juga sering dilakukan untuk membantu rahim berkontraksi dan mendorong keluarnya plasenta.
Advertisement
Perawatan dan Pemantauan Plasenta Selama Kehamilan
Menjaga kesehatan plasenta sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk merawat dan memantau kondisi plasenta selama kehamilan:
1. Pemeriksaan USG Rutin
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) secara rutin merupakan cara utama untuk memantau kondisi plasenta. Melalui USG, dokter dapat memeriksa posisi, ukuran, dan struktur plasenta. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya kelainan seperti plasenta previa atau plasenta akreta sejak dini.
Umumnya, pemeriksaan USG dilakukan beberapa kali selama kehamilan, terutama pada trimester pertama dan kedua. Jika ditemukan adanya masalah atau faktor risiko tertentu, pemeriksaan mungkin dilakukan lebih sering.
2. Menjaga Pola Makan Sehat
Nutrisi yang adekuat sangat penting untuk mendukung fungsi plasenta dan pertumbuhan janin. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan protein, zat besi, asam folat, kalsium, dan vitamin-vitamin penting lainnya. Beberapa makanan yang baik untuk kesehatan plasenta antara lain:
- Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli
- Buah-buahan segar
- Daging tanpa lemak dan ikan
- Kacang-kacangan dan biji-bijian
- Produk susu rendah lemak
Penting juga untuk menjaga hidrasi yang cukup dengan minum air putih secara teratur.
3. Menghindari Zat Berbahaya
Menghindari konsumsi zat-zat berbahaya sangat penting untuk menjaga kesehatan plasenta. Ibu hamil harus menghindari:
- Merokok dan paparan asap rokok
- Konsumsi alkohol
- Penggunaan obat-obatan terlarang
- Paparan bahan kimia berbahaya
Selain itu, konsumsi obat-obatan, termasuk obat bebas, harus selalu dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
4. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik yang teratur dan sesuai dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, yang pada gilirannya mendukung fungsi plasenta. Olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, atau yoga prenatal dapat bermanfaat. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program olahraga apapun selama kehamilan.
5. Manajemen Stres
Stres yang berlebihan dapat mempengaruhi aliran darah ke plasenta. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengelola stres dengan baik. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
- Melakukan teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam
- Mendapatkan istirahat yang cukup
- Melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan
- Berbagi kekhawatiran dengan pasangan atau keluarga
6. Pemantauan Tekanan Darah
Tekanan darah yang terkontrol penting untuk menjaga aliran darah yang optimal ke plasenta. Ibu hamil dianjurkan untuk rutin memeriksakan tekanan darah dan segera melaporkan ke dokter jika terjadi peningkatan yang signifikan.
7. Perhatikan Gerakan Janin
Memantau gerakan janin secara teratur dapat membantu mendeteksi adanya masalah pada plasenta. Berkurangnya gerakan janin secara signifikan bisa menjadi tanda adanya gangguan pada fungsi plasenta dan harus segera dilaporkan ke dokter.
Kesimpulan
Plasenta memiliki peran yang sangat vital dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan. Fungsi utamanya meliputi penyaluran nutrisi dan oksigen, pembuangan zat sisa, produksi hormon, serta perlindungan terhadap infeksi. Memahami fungsi plasenta dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya sangat penting bagi ibu hamil dan tenaga kesehatan.
Menjaga kesehatan plasenta memerlukan pendekatan menyeluruh, mulai dari pola makan sehat, menghindari zat berbahaya, olahraga teratur, hingga pemeriksaan rutin. Dengan perawatan yang tepat dan pemantauan yang cermat, risiko gangguan plasenta dapat diminimalkan, sehingga mendukung kehamilan yang sehat dan perkembangan janin yang optimal.
Meski demikian, penting untuk diingat bahwa setiap kehamilan bersifat unik. Ibu hamil dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau bidan mengenai perawatan yang paling sesuai dengan kondisi kehamilan mereka. Dengan kerjasama yang baik antara ibu hamil dan tenaga kesehatan, fungsi plasenta dapat dijaga dengan optimal, mendukung perjalanan kehamilan yang sehat dan kelahiran bayi yang sehat pula.
Advertisement