Alergi karena Makan Ikan, Ini Penyebabnya

Secara umum, ikan yang bisa menyebabkan alergi merupakan jenis ikan laut yang termasuk ke dalam golongan ikan scombroid.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2019, 12:00 WIB
Ikan Kaleng (iStockphoto)
Dua puluh tujuh merek ikan makarel kalengan ditarik dari pasaran. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan parasit cacing dalam produk-produk tersebut. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ikan menjadi salah satu makanan yang kaya manfaat bagi tubuh. Di dalam ikan terdapat protein, vitamin, dan mineral yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, menurunkan penyakit jantung, dan stroke. Namun beberapa orang enggan mengonsumsi ikan karena takut terkena alergi.

Alergi pada ikan bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada orang yang memiliki bakat alergi. Alergi ikan disebabkan karena adanya protein pada ikan.

"Alergi kan terjadi tidak pada semua orang, tapi umumnya pada orang yang mempunyai bakat alergi atau bakat atopik. Ikan kan mengandung protein, nah orang alergi biasanya karena protein ikan," kata konsultan alergi - imunologi IDAI, Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpAK, saat dihubungi lewat telepon pada Sabtu (2/2/2019).

Secara umum, ikan yang bisa menyebabkan alergi merupakan jenis ikan laut yang termasuk ke dalam golongan ikan scombroid.

"Pada tubuh ikan terdapat bakteri yang menyebabkan kualitas ikan berkurang, bakteri tersebut salah satunya bakteri morganella morganii. Bakteri ini ada pada golongan ikan scombroid, seperti ikan tuna, cakalang, dan tongkol, yang dapat mengandung histamin apabila penanganan ikan tersebut setelah ditangkap tidak ditangani dengan benar" kata Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB, Prof. Dr. Ir. Nurjanah MS.

Daging ikan pada awalnya tidak mengandung histamin, namun mengandung histadin. Setelah ikan mengalami kematian menuju kondisi post mortem, dekarboksilasi histidin akan terjadi sehingga menghasilkan histamin.

"Histamin terbentuk saat pH daging ikan semakin rendah akibat adanya dekomposisi berbagai senyawa kimia dari kegiatan enzimitas dan bakteri pada daging ikan," tambah Nurjanah.

Sementara itu menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Samuel Oetoro, Sp.GK, pada dasarnya jika seseorang memang alergi protein, makan makanan yang mengandung protein nabati dan hewani bisa menyebabkan alergi.

"Semua ikan bisa menyebabkan alergi, tidak cuma ikan tongkol, karena alergi terjadi tergantung pada diri seseorang. Tapi resikonya akan lebih tinggi kalau makan ikan yang dagingnya sudah tidak segar dan kondisi daginnya mau ke arah rusak, proteinnya bisa lebih memicu alergi," kata Samuel.

Zakiudin menambahkan, alergi pada umumnya disebabkan karena ikan laut. Ikan laut yang disimpan lama hingga diawetkan membuat protein pada ikan menjadi terurai.

"Ikan itu mengandung protein yang kalau disimpan lama akan terurai. Proteinnya banyak mengandung asam amino yaitu asam amino histidin, histidin merupakan bahan pembentuk histamin. Histamin merupakan zat yang dikeluarkan pada reaksi alergi jadi akan timbul reaksi seperti alergi walaupun tidak alergi ikan," kata Zakiudin.

Orang yang memiliki bakat alergi ikan, walaupun dirinya mengonsumsi ikan yang masih segar tetap bisa terkena alergi karena reaksi alergi itu timbul akibat adanya protein pada ikan. Sedangkan orang yang tidak memiliki alergi ikan juga bisa terkena alergi jika dirinya mengonsumsi ikan yang disimpan lama dan diawetkan, Zakiudin menambahkan.

Hal yang harus diperhatikan dalam menangani ikan supaya mengurangi resiko terkena alergi yaitu:

1. Suhu Penyimpanan

"Simpan ikan pada suhu tidak boleh lebih dari 4 derajat celcius, karena bisa merubah histadin berubah menjadi histamin," kata Nurjanah.

2. Sanitasi

"Sanitasinya harus bersih dari bakteri patogen," kata Nurjanah menambahkan.

Gejala alergi dapat ditandai dengan gatal, muncul kemerahan pada kulit, bibir dan kelopak mata bengkak, mual, dan muntah.Untuk mengatasi alergi, Zakiudin menyarankan untuk meminum obat antihistamin. Selain itu, perbanyak minum air putih agar zat penyebab alergi dapat keluar dari tubuh. (Siti Nurhaifa)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya