Sperma yang Gesit Mengatasi Tantangan Alami yang Dihadapi Perempuan

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sperma yang kuat dan lincah lebih unggul saat berada di jalur macet dalam organ reproduksi perempuan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Feb 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2019, 20:00 WIB
20151102-Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki
Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Jika selama ini kecepatan sperma dianggap sebagai salah satu penentu kesuburan, sebuah penelitian baru memperlihatkan dari sisi yang lain. Studi menunjukkan bahwa sperma yang lincah ini ternyata juga satu-satunya yang cukup tangguh dalam melewati bagian menyempit di saluran reproduksi wanita.

Melansir New York Post pada Jumat (15/2/2019), para ilmuwan menggunakan model skala kecil dan simulasi komputer untuk menyelidik pergerakan sperma. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Sciences Advances ini diharapkan bisa membantu meningkatkan kesuburan pria suatu hari nanti.

Dengan satu ejakulasi, seratus juta sperma mampu berenang di saluran reproduksi wanita. Namun, tubuh perempuan ternyata secara alami memiliki sistem eliminasinya sendiri. Ada hambatan berupa jalur yang macet (bottleneck) di antara leher rahim ke sel telur yang dikenal sebagai "striktur". Ini mengubah aliran lendir dan mempengaruhi cara sperma mencoba bertarung melawan arus.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Sperma yang lincah berhasil mengatasi jalur menyempit

20151102-Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki
Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki. (iStockphoto)

Para peneliti di Cornell University, New York, Amerika Serikat membuat alat untuk meniru tuba falopi dan menggunakan cairan mani manusia dan banteng, untuk menguji dan mengamati bagaimana sperma mengatasi kemacetan semacam ini.

Mereka menemukan, sperma terkumpul di bawah bukaan jalur menyempit itu. Hanya yang tercepat dan memimpin kelompoklah yang mampu bersaing dengan sperma-sperma lainnya. Ini memberi mereka kesempatan yang lebih besar untuk "memenangkan" proses tersebut.

"Akumulasi di bawah striktur terjadi secara hierarki, sehingga konsentrasi sperma yang padat dengan kecepatan yang lebih tinggi tetap lebih dekat dengan striktur, dengan array yang tersebar lebih jarang dari sperma berkecepatan rendah yang tertinggal," tulis para ilmuwan.

Profesor dan ahli kesuburan di University of Washington, John Amory mengatakan bahwa studi ini mengonfirmasi pertanyaan tentang seperti apa sperma yang baik.

"Secara klinis, kami selalu curiga bahwa sperma dengan gerak cepat atau motil, bertanggung jawab untuk pembuahan, dan makala ini menunjukkan bahwa itu adalah cara yang benar dalam memandang sesuatu," kata Amory yang tidak terlibat dalam studi ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya