Kenali Penyakit Skizofrenia, Penyebab dan Cara Menanganinya

Penyakit skizofrenia sangat berbahaya, sehingga perlu diwaspadai.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mar 2019, 16:31 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 16:31 WIB
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia Paranoid

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak penyakit mental, salah satu nama penyakitnya ialah Skizofrenia. Skizofrenia adalah penyakit gangguan mental di mana kondisi penderitanya susah membedakan antara realita dengan apa yang mereka imajinasikan. 

Penderita sering hidup dengan penuh imajinasi di kepalanya. Hal tersebut membuat penderitanya kadang tersenyum sendiri bahkan tertekan sendiri, tanpa didasari oleh suatu kejadian.

Efek dari penyakit ini bisa sangat fatal, karena penderita bisa saja mengalami kematian di usia yang muda. Penyakit skizofrenia bisa dibilang sangat berbahaya, karena bisa saja penderita akan lari ke obat-obatan terlarang seperti narkoba.

Berdasarkan data yang dirilis WHO diperkirakan ada 21 juta orang di dunia yang menderita skizofrenia. Sementara di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, bahwa dari 1.000 penduduk Indonesia  ada 1 hingga 2 orang yang alami ganggunan jiwa. Gangguan jiwa tersebut termasuk ada penyakit skizofrenia.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber tentang penyakit skizofrenia, penyebab dan cara mengobatinya.

Ciri dan Gejala Skizofrenia

1. Sulit konsentrasi

Penderita skizofrenia akan mengalami kesulitan konsentrasi, hal ini dikarenakan pikirannya penuh dengan hal-hal tidak nyata. Sulit konsentrasi yang dimaksud misalnya tidak nyambung diajak ngobrol, sering mengulang pertanyaan seperti, "bicara apa tadi". 

2. Bicara Ngelantur Tidak Jelas

Penderita Skizofrenia juga akan mengalami bicara yang ngelantur tidak tentu arah. Hal ini dikarenakan apa yang mereka rasakan akan mengacaukan pikirannya perihal imajinasi yang tidak real itu.

Banyak pikiran tersebut membuat carut marut pikiran penderita. Alhasil, kadang malah penderita bicara sendiri dan bicara ngelantur. Hal ini mengindikasikan hal yang tidak real sedang menguasai pikirannya.

3. Diam terlalu lama bahkan sampai gelisah

Apabila pikiran lagi banyak dikelilingi oleh imajinasi, akan membuat orang tersebut bingung. Efeknya orang dengan penyakit skizofrenia, bisa saja diam di suatu tempat dan merenungi apa yang telah ia alami.

Namun bisa saja orang tersebut akan gelisah sekali, karena pikiran mereka carut marut sekali. Kegelisahan ini sangat berbahaya, kadang melakukan hal diluar nalar, seperti memecahkan piring, bahkan bisa saja sampai marah-marah tidak jelas ke orang yang belum ia kenal.

4. Halusinasi dan Delusi

Penderita skizofrenia akan sangat akrab dengan mendengar hal-hal yang tidak real, melihat hal-hal tabu, mencium aroma yang aneh hingga seperti berada di dimensi yang berbeda.

Hal tersebut sebenarnya hanyalah perihal apa yang sedang mereka pikirkan saja. Mereka memikirkan hal yang bersifat fantasi, menyebabkan halusinasi dan delusi.

Efeknya bisa membuat penderita tidak nyaman. Hal terburuk yang sering terjadi ialah penderita bisa bunuh diri.

5. Ketakutan pada tempat yang ramai

Penderita skizofrenia akan sangat takut dengan keramaian. Mengapa demikian? Karena penderita akan merasa pikirannya penuh dengan apa yang mereka lihat. Imajinasi saja sudah penuh apalagi ditambah dikerumuni orang-orang di keramaian.

Hal ini bisa menyebabkan penderita stres. Gejala ketakutan di tempat ramai akan menyebabkan penderita menarik diri dari lingkungan sosial serta tidak responsif terhadap lingkungan sekitar.

6. Penampilan diri tidak terurus dan minat terhadap hobi berkurang

Skizofrenia akan membuat penderita acuh terhadap sekitar, bahkan sama dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan pikirannya penuh dengan hal-hal aneh yang tidak real.

Sehingga penampilan penderita sangat tidak terawat. Selain itu penderita akan kurang meminati hobinya dulu. Apa yang dihobikan akan secara pelan-pelan terlupakan dan digantikan imajinasi yang tiada henti.

Penyebab Penyakit Skizofrenia

1. Faktor keturunan

Penyakit skizofrenia ternyata disebabkan karena faktor genetik atau keturunan. Maksudnya penyakit ini dapat diwariskan, misalnya orang tua mengalami gangguan mental, maka bisa jadi anaknya mewarisi penyakit gangguan mental juga.

2. Faktor perlakuan saat hamil dan di saat persalinan

Penyakit skizofrenia bisa terjadi apabila saat ibu hamil kurang memberi nutrisi untuk kandungannya, terinfeksi virus, preeklamsia, diabetes dan pendarahan saat masa kehamilan.

Sementara pada proses persalinan yang kekurangan oksigen, berat badan sang bayi rendah, dan lahir prematur bisa jadi penyebab skizofrenia.

3. Cidera otak dan kurangnya sistem kekebalan tubuh

Penderita skizofrenia bisa dikarenakan cedera pada otak yang membuat struktur pada otak bergeser. Cidera otak yang dimaksud bisa seperti akibat jatuh ataupun kecelakaan.

Selain itu penderita skizofrenia bisa disebabkan kekurangan sistem kekebalan tubuh, seperti penyakit autoimun atau peradangan. Jadi pemberian vaksin dan juga obat kekebalan tubuh itu penting.

4. Stres

Stres bisa jadi biang keladi seseorang menderita skizofrenia. Stres bisa disebakan oleh penceraian, pemerkosaan, dan kasus-kasus psikologis lainnya.

Akibat stres tersebut bisa menjadikan orang lari ke obat-obatan terlarang seperti napza, kokain, amfetamin dan lain-lain.

Cara Mengobati Skizofrenia

1. Rawat penderita di rumah sakit jiwa

Rumah sakit jiwa bisa menjadi opsi alternatif untuk mengobati penderita. Hal ini dikarena penderita akan dirawat dan diperhatikan secara khusus. Kebersihan, nutrisi dan keamanan penderita akan terjaga oleh rumah sakit jiwa.

2. Antipsikotik

Sangat dianjurkan bagi penderita skizofrenia agar mengonsumsi obat antipsikotik. Obat antipsikotik ini akan membuat penderita lebih tenang dan mengurangi imajinasi. Obat antipsikotik sendiri ada dua macam yakni generasi pertama dan kedua.

Generasi pertama terdiri dari Aripiprazole, Asenapine, Brexpiprazole, Cariprazine, Clozapine, Ilorepidone, Lurasidone, Olanzapine, Paliperidone, Quetiapine, Risperidone, Ziprasidone. Sementara generasi kedua ialaj Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol, dan  Perphenazine.

Perbedaan obat generasi pertama dan kedua ialah, generasi pertama lebih murah namun memiliki efek samping seperti gemetar, kedutan dan kejang otot. Sementara generasi kedua lebih mahal namun minim efeknya.

3. Terapi Kognitif

Pikiran yang carut marut nyatanya bisa ditata dengan terapi kognitif. Terapi kognitif merupakan pengobatan yang dilakukan untuk merapikan konsep pemikiran penderita. Dengan terapi kognitif, penderita akan dituntun untuk menemukan kebiasaan alam bawah sadarnya, sehingga akan menyadari apa yang ia lakukan salah.

Apabila cara pikirnya sudah sesuai logika, maka akan dilakukan terapi perilaku untuk membiasakan berperilaku yang baik dan menghilangkan pemikiran negatif. Penderita pelan-pelan akan dikenalkan dengan aktivitas-aktivitas bermanfaat seperti membuat suatu kerajinan.

Hal ini akan mendorong penderita menjadi normal seperti manusia lainnya.

 

Reporter: Putra Marendaaldish

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya