Masalah Kesehatan Gigi Anak, Nilai Merah untuk Indonesia

Indonesia memperoleh nilai merah lantaran permasalahan gigi pada anak belum juga selesai.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 21 Mar 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2019, 12:00 WIB
Cegah Karies, Siswa SD Ikuti Gosok Gigi Massal
Sejumlah anak menunjukkan sikat giginya saat memperingati Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia (Liputan6.com/Pool/Doni)

Liputan6.com, Jakarta Hasil survei mengenai permasalahan gigi pada anak, Indonesia memeroleh nilai merah. Survei dengan skala global yang dilakukan Pepsodent pada 2018 itu melibatkan 4.094 anak berumur enam sampai 17 tahun di delapan negara.

Negara-negara tersebut, di antaranya Chili, Mesir, Prancis, Italia, Amerika Serikat, Ghana, Vietnam, dan Indonesia. Khusus di Indonesia yang mengikuti survei ada 506 anak.

"Survei dilakukan secara online. Dari hasil tersebut, Indonesia masih nilai merah," kata Division Head for Health & Wellbeing and Profesional Institutions Yayasan Unilever Indonesia, Drg Ratu Mirah Afifag GCClinDent MDSC.

Cap nilai merah didapat karena hasilnya sungguh mengejutkan. Hasil survei tersebut menyatakan bahwa 64 persen anak Indonesia mengalami keluhan sakit gigi selama satu tahun terakhir.

"Sebanyak 41 persen di antaranya merasakan sakit gigi yang sedang sampai yang sakit banget," kata Mirah dalam diskusi di Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2019 pada Rabu, 20 Maret 2019 di Jakarta Selatan.

 

Bukan sekadar sakit gigi

Sakit gigi anak
Sakit gigi anak/pixabay

Dari survei tersebut juga terungkap bahwa permasalahan ini bukan sekadar tentang kesehatan gigi dan mulut itu sendiri. "Memengaruhi juga kemampuan belajar dan percaya diri seorang anak," kata Mirah.

Gara-gara sakit gigi, lanjut Mirah, ada 29 persen anak mengalami gangguan tidur,"Kita saja yang dewasa kalau sakit gigi bisa uring-uringan, apalagi anak-anak."

Lebih lanjut, 37 persen anak absen dari sekolah dua kali dalam setahun, 38 persen tidak aktif berpartisipasi di sekolah, 39 persen sulit berkonsentrasi di kelas, dan 48 persen tidak percaya diri berbicara di kelas.

"Untuk yang absen dua kali per tahun itu, bagaimana kalau sakitnya pas ujian? Ketinggalan deh ujiannya," kata Mirah.

"Anak-anak yang bermasalah dengan gigi dan mulut cenderung dua kali lebih rentan untuk mengalami krisis kepercayaan diri, bahkan menolak untuk memperlihatkan senyum mereka dibanding anak-anak dengan gigi dan mulut yang sehat," katanya.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya