Liputan6.com, Jakarta Pakar kanker dari Singapura membeberkan betapa sulitnya pendidikan bagi para dokter di negara tersebut. Bukan sulit dalam hal yang negatif, melainkan secara positif. Hal ini yang menjadikan kualitas layanan kesehatan di sana diakui oleh dunia.
Kepada Health Liputan6.com, Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (PCC), Singapura dr. Ang Peng Tiam mengungkapkan bahwa untuk masuk sekolah kedokteran Singapura, seseorang harus memiliki nilai A di hampir semua mata pelajaran. Itupun belum cukup.
Baca Juga
"Mereka (pihak kampus) akan melakukan serangkaian wawancara yang panjang untuk melihat apakah Anda berada di tempat yang tepat," tambah Ang beberapa waktu lalu di kawasan Sudirman, Jakarta, ditulis Senin (1/4/2019).
Advertisement
Setelah lulus kedokteran, ada banyak pelatihan apabila ingin menjadi dokter spesialis. Kemudian, Anda juga harus mengikuti ujian yang memiliki standar internasional, serta membandingkannya dengan para siswa dari Amerika ataupun Eropa.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Pemerintah punya peran
"Kalau Anda sudah jadi spesialis, pemerintah akan mensponsori untuk ke luar negeri dan mencari pelatihan lagi di luar negeri. Lalu setelah Anda pulang dengan gelar, Anda harus jadi konsultan atau konsultan senior di sektor publik sebelum benar-benar terjun ke sektor swasta," kata Ang.
"Jadi ini menunjukkan bagaimana pemerintah melakukan investasi pada tenaga kesehatannya. Saya sangat beruntung punya kesempatan mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan."
Ang mengatakan bahwa pemerintah punya peran besar untuk melakukan investasi terhadap dokter-dokter yang ada di negaranya. Menurutnya, hal ini lebih berpengaruh terhadap layanan kesehatan suatu negara ketimbang mengeluarkan biaya banyak hanya untuk mempercanggih suatu alat saja.
"Sangat penting. Karena pendidikan kedokteran itu mahal sekali. Beberapa orang pintar tapi tidak punya biaya. Maka dari itu, pemerintah harus punya kemampuan untuk mengidentifikasi mana orang yang cerdas, mana orang yang pintar, untuk kemudian mendukungnya hingga berkembang," ujar dokter yang pada 1996 mendapatkan National Science Awards di Singapura tersebut.
"Kalau tidak paling hanya orang kaya yang bisa jadi dokter. Padahal, belum tentu mereka yang terbaik," imbuhnya.
Advertisement