Liputan6.com, Denmark - Duta Besar Indonesia untuk Denmark, M. Ibnu Said berbagi cerita mengenai pengobatan yang ada di sana bila dia jatuh sakit.
Menurut Ibnu, orang Denmark tidak akan langsung pergi ke rumah sakit untuk berobat di dokter spesialis. Melainkan mencari pertolongan pertama dari dokter keluarga atau General Practitioner (GP) terlebih dahulu.
Baca Juga
Jika menurut GP harus ditangani dokter spesialis, barulah pasien dirujuk ke rumah sakit.
Advertisement
"Peranan dokter keluarga sangat menentukan, karena dialah yang menentukan apakah orang ini perlu akses ke perawatan kesehatan untuk dokter spesialis atau tidak," kata Ibnu.
"Kalau menurut dokter keluarga sudah enggak perlu ke dokter spesialis, ya enggak usah," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com dalam sebuah kesempatan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Denmark belum lama ini.
Â
Cerita Dubes Indonesia untuk Denmark
Ibnu cukup sering menggunakan jasa GP. Misalnya saja dua bulan lalu, saat dia merasa jantungnya tidak enak. Di tangan GP kesehatan jantungnya dicek secara menyeluruh, dan hasil akhirnya Ibnu tidak perlu ke dokter spesialis.
"Pada saat itu sudah enggak ada masalah lagi," kata Ibnu.
Â
Advertisement
Biaya Kesehatan di Denmark Mahal
Menurut Ibnu, rumah sakit di Denmark sepertinya memang didesain untuk tidak dikunjungi setiap saat. "Dibuat untuk dibatasi. Jadi, enggak setiap sakit akan ke sana karena ada layanan dokter keluarga ini," ujarnya.
Lebih lanjut, biaya rumah sakit di Denmark tidak murah. Itu mengapa orang di sana rutin bayar pajak dan ikut asuransi. Sebab, pajak mereka turut menanggung biaya kesehatannya.
"Untuk rawat inap saja dikenakan biaya sebesar 9.000 Kroner Denmark satu malamnya. Itu sekitar Rp22,5 juta," katanya.