Liputan6.com, Jakarta Bersamaan dengan diangkatnya Naruhito sebagai Kaisar Jepang yang baru, sang istri, Masako resmi menyandang gelar sebagai Permaisuri. Keduanya memang dikenal sering tampil di depan publik bersama-sama.
Kaisar Naruhito sendiri dikenal sebagai sosok penyayang keluarga. Bahkan, dia sempat mengemban tugas sebagai ayah yang aktif saat Masako didiagnosis gangguan stres.
Baca Juga
Dikutip dari BBC News pada Kamis (2/5/2019), Masako Owada resmi menikah dengan Naruhito pada Juni 1993. Pernikahan mereka disambut oleh 190 ribu orang yang hadir saat arak-arakan di pusat kota Tokyo.
Advertisement
Pada 1999, Masako mengalami keguguran kandungan. Dia baru bisa melahirkan seorang anak di tahun 2001. Itupun seorang perempuan yang dianggap tidak bisa meneruskan takhta Krisantemum.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Mengalami Masalah Stres Berat
Mengutip Mainichi, permaisuri mulai mengalami masalah terkait stres tidak lama kemudian. Dia mengalami 'adjustment disorder.' Menurut Mayo Clinic masalah ini terjadi ketika seseorang mengalami stres yang berlebihan akibat kondisi yang tidak terduga. Mungkin saja karena hubungan, pekerjaan, atau pendidikan.
Secara umum, orang akan mampu mengendalikan masalah stres seiring berjalannya waktu. Namun bagi orang dengan 'adjustment disorder' pasien akan mengalami reaksi emosi atau perilaku yang menyebabkan perasaan cemas atau depresi.
Beberapa warga percaya bahwa masalah stres berat yang dialami Masako karena tekanan berat terkait ahli waris laki-laki. Selain itu, dia juga harus menyesuaikan diri dengan kehidupan di keluarga kekaisaran.
"Itu adalah situasi di mana saya tidak bisa mengunjungi negara-negara lain selama enam tahun dan membutuhkan upaya besar bagi saya untuk menyesuaikan diri," kata permaisuri dalam sebuah konferensi pers di tahun 2002.
Advertisement
Siap Menjadi Permaisuri
Setelah cukup lama menarik diri dari pekerjaannya sebagai putri mahkota, ibu dari Putri Aiko ini perlahan aktif kembali setelah mendapatkan perawatan di akhir 2003. Di 2011, setelah gempa dan tsunami yang melanda negeri Sakura, dia dan Naruhito mengunjungi pusat evakuasi untuk bertemu dengan para korban.
Selain itu, di 2013, Masako mengunjungi Belanda. Perjalanan ke luar negeri ini menjadi yang pertama kalinya dalam 11 tahun.
Di Desember 2018, perempuan 55 tahun ini mengatakan bahwa dirinya siap menjadi seorang permaisuri. Meskipun, tetap ada rasa tidak percaya diri.
"Saya ingin mengabdikan diri pada kebahagiaan orang-orang, jadi saya akan melakukan upaya untuk itu, sembari mendapatkan lebih banyak pengalaman."
Dinilai Bisa Mendobrak Tabu
Beberapa pakar menilai bahwa permaisuri baru ini bisa menjadi seorang advokat di bidang kesehatan mental.
"Ada banyak tabu di Jepang tentang masalah kesehatan mental, dia bisa membuat perbedaan yang besar," kata Kenneth Ruoff, profesor sejarah Jepang modern di Portland State University.
Beberapa warga Jepang juga menilai bahwa Masako bisa menjadi permaisuri yang baik dengan belajar dari pengalamannya sebagai seorang ibu dan perempuan di Jepang. Yang lain banyak menyandingkannya dengan Putri Diana dari Kerajaan Inggris.
Advertisement