Liputan6.com, Jenewa Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Pelayanan Kesehatan Belanda Bruno Johannes Bruins di Jenewa, Swiss (20/5/2019). Pertemuan tersebut dilakukan di sela-sela rangkaian acara World Health Assembly ke-72.
Dalam pertemuan tersebut, didampingi Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Engko Sosialine Magdalene, Nila membahas beberapa topik, diantaranya tentang dokter keluarga, resistensi antimikroba, dan kesehatan lansia.
Baca Juga
Nila mengakui program dokter keluarga di Belanda memiliki teknik yang canggih dan mampu menjaga data pasien dengan sangat baik. Program tersebut juga memungkinkan pasien berkonsultasi. Indonesia pun telah memiliki sarana serupa yakni aplikasi sehatpedia Kemenkes.
Advertisement
“Kami melihat, primary health care sebagai gate keeper. Contohnya untuk skrining kanker serviks bisa dilakukan di Puskesmas. Masyarakat tidak harus pergi ke tempat yang lebih jauh tapi bisa lebih dekat dengan puskesmas atau klinik mandiri,” kata Nila seperti dikutip rilis yang diterima dari Kemenkes RI.
Rencana konferensi resistensi antimikroba
Pada kesempatan tersebut, kedua menteri juga membahas rencana pertemuan tentang resistensi antimikroba yang akan dilakukan di Belanda pada Juni mendatang. Nila berterima kasih atas kesediaan Belanda menjadi tuan rumah acara dan menjadikan Indonesia sebagai co-chair pertemuan ini.
“Kita berharap konferensi ini akan menghasilkan ide-ide dan rekomendasi serta kontrol terhadap resistensi antimikroba di tingkat global,” jelas Nila.
Advertisement
Promosi 3 bidang kerja sama
Lebih lanjut Menkes mengatakan, baik Indonesia dan Belanda, sepakat untuk mempromosikan pengembangan tiga bidang kerja sama, yakni memperkuat sistem kesehatan dengan fokus pada perawatan medis pada lansia; Pngendalian penyakit menular, termasuk antimikroba resistensi; serta keamanan kesehatan global.
Nila juga menekankan pentingnya mengimplementasikan MoU tersebut. “Tidak hanya didiskusikan saja. Tetap yang penting adalah bagaimana mengimplementasikannya di Indonesia. Jadi bukan hanya sekadar kita berdiskusi untuk teori tapi action,” tegas Menkes.