Mengantuk, Masalah Berbahaya yang Kerap Diremehkan Saat Mudik

Masalah kecelakaan akibat mengantuk menjadi hal yang paling ditakuti saat mudik. Namun, hal itu seringkali diremehkan oleh para pemudik.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Mei 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2019, 16:00 WIB
Mengantuk saat menyetir (iStock)
Menempuh perjalanan mudik yang panjang membuat para pemudik berisiko mengalami microsleep yang bisa mengancam nyawa. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu musuh paling berbahaya bagi orang mudik menggunakan kendaraan pribadi adalah mengantuk. Masalah ini kerap disepelekan, padahal berakibat fatal.

Vlogger Fitra Eri mengungkapkan penyebab kecelakaan nomor satu adalah akibat mengantuk. Ketika pengemudi terlelap satu detik di kecepatan 100 kilometer per jam, membuat mobil bisa melewati 14 mobil lainnya tanpa disadari.

"Kalau kita beruntung, mungkin tidak kecelakaan. Dicoba lagi sampai di satu detik berikutnya, tanpa disadari ada halangan dan menabrak," kata Fitra di acara Ngabuburit Sehat di Stasiun Gambir, Jakarta, ditulis Rabu (29/5/2019).

Saat terbangun dari rasa kantuk, seseorang butuh waktu beberapa saat untuk benar-benar sadar. Maka dari itu, hal seperti ini tidak boleh diremehkan saat mudik. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan juga video menarik berikut ini:


Waktu Kecelakaan Paling Tinggi

20170621-Kecelakaan di Jalan Tol Palikanci-Gempur
Petugas saat akan mengevakuasi mobil Innova yang terbalik di KM 208 Tol Palikanci (Palimanan-Kanci), Jawa Barat, Rabu (21/6). Tak ada korban jiwa dalam kecelakaan yang diduga karena sopir mobil B 2247 TKL itu mengantuk. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengungkapkan seringkali mengantuk saat mudik diakibatkan perasaan terlalu bersemangat dan persiapan untuk melakukan perjalanan pulang kampung yang terlalu mepet. Misalnya, ayah yang menyiapkan mobil, serta ibu yang menyiapkan perbekalan.

"Malam kadang tidur sudah tidak begitu baik. Biasanya kan habis sahur atau salat subuh kan berangkat, ternyata memang betul kira-kira jam 9 atau 12 kecelakaan tinggi karena kita sedang ngantuk-ngantuknya," kata Nila dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, dalam evaluasi Lebaran 2018 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, kecelakaan juga banyak ditemukan dari pukul 12 hingga 3 sore.


Saran agar Tidak Mengantuk

Menfaatkan Rest Area, Pemudik Istirahat Sejenak
Sejumlah pemudik menggelar tikar untuk beristirahat di halaman rest area Tol Timur - Palimanan - Kanci, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (1/7). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Supaya tidak mengantuk, Fitra menyarankan untuk berkendara di waktu sehari-hari beraktivitas atau bangun. Hindari juga bepergian atau berjalan saat kita biasa tidur atau istirahat.

"Kalau misalnya terpaksa bepergian malam, biasakan terbangun di waktu kita mau berangkat," kata pria yang juga pernah menjadi jurnalis otomotif dan kini reviever di bidang otomotif itu.

Selain itu, apabila tidak ada supir pengganti, beristirahatlah di area istirahat setelah tiga sampai empat jam menyetir.

 


Pemudik Harus Fit

Acara Ngabuburit Sehat diadakan oleh Kemenkes dan Kemenhub untuk sosialisasi mudik sehat
Acara Ngabuburit Sehat diadakan oleh Kemenkes dan Kemenhub di Stasiun Gambir, Jakarta untuk sosialisasi mudik sehat (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Nila juga meminta pemudik sudah melakukan cek kesehatan sebelum berangkat mudik. Tidak di dekat-dekat hari keberangkatan. Apalagi mengingat mudik dilakukan saat bulan Puasa Ramadan. 

"Jadi pas sudah rencana harusnya badan sudah fit. Jangan waktu mau berangkat malah baru periksa," kata Nila.

Mudik bukanlah soal masalah mesin kendaraan saja. Yang terpenting adalah bagaimana kondisi dari pengendara itu sendiri.

"90 persen kecelakaan bukan karena mobilnya, tetapi karena pengemudinya. Orang di belakang mobil, merekalah yang paling bertanggung jawab. Artinya kita punya pengaruh signifikan untuk mengurangi risiko tersebut," kata Fitra.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya