Liputan6.com, Jakarta Selama masa peralihan musim kemarau ke penghujan saat ini, masyarakat diimbau waspada terhadap peristiwa pergerakan tanah. Potensi pergerakan tanah masih melanda Indonesia.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus B, ada beberapa faktor yang memicu pergerakan tanah atau yang sering disebut longsor.
Advertisement
Advertisement
"Beberapa faktor, seperti hujan, perubahan lahan, respons bumi saat hujan jatuh menjadi pemicu terjadinya pergerakan tanah tersebut," kata Agus sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Sabtu (2/11/2019).
Peristiwa pergerakan merupakan pola yang berulang, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah menghadapi potensi ancaman bencana.
"Kita harus tahu lokasi rentan (titik pergerakan tanah), tahu ancaman, antisipasi, dan susun database. Jika ada retakan yang mengawali pergerakan tanah, maka harus membuat rambu. Jadi, pahami, pantau, dan lapor," tutup Agus.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Ancaman Bencana Peralihan Musim
Bukan hanya soal peristiwa pergerakan tanah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengingatkan, ada potensi ancaman bencana lain saat masa peralihan musim atau pancaroba.
Hal ini ditandai angin kencang, puting beliung, perubahan suhu dan cuaca ekstrem, hujan es hingga gelombang tinggi di pesisir pantai. Akibatnya, risiko banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak dapat terjadi. Apalagi awal musim hujan tahun 2019 di Indonesia diperkirakan mengalami kemunduran, yang akan masuk pada November-Desember.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin menerangkan, wilayah Indonesia yang akan memasuki awal musim hujan dimulai bagian utara seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat hingga Papua bagian utara.
"Aceh dan Sumatera Utara harus siaga banjir dan tanah longsor," terangnya.
Advertisement