Dokter: Tak Bisa Ditentukan Kapan Berakhirnya Wabah Virus Corona

Apabila melihat kembali dari kasus seperti infeksi flu burung, wabah tersebut bisa berlangsung hingga dua tahun.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Feb 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2020, 13:00 WIB
Kisah Pekerja Medis China di Tengah Ancaman Virus Corona
Pekerja medis memakai peralatan pelindung menyusul wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (26/1/2020). Hingga saat ini lebih dari 600 orang telah meninggal dunia akibat terjangkit virus corona yang mulai mewabah sejak akhir tahun lalu. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta Kekhawatiran masyarakat dunia terhadap infeksi virus corona membuat orang bertanya-tanya tentang waktu berakhirnya wabah ini.

Ketua Umum Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan, karena wabah infeksi Novel Coronavirus masih baru, belum bisa dinyatakan dengan tepat kapan heboh virus corona akan berakhir.

"Kalau pengalaman dengan flu burung yang highly pathogenic, itu dua sampai tiga tahun. Mers-CoV di bawah itu. SARS juga lebih pendek lagi," kata Erlina dalam sebuah temu media di Jakarta pada Kamis pekan lalu, ditulis Senin (10/2/2020).

Erlina mengatakan bahwa infeksi novel coronavirus memiliki transimisi yang cepat. Ini juga membuat sulitnya menentukan kapan wabah akan dinyatakan usai.

"Saya selalu katakan, Novel Coronavirus ini, strain yang baru, makhluk baru. New kids in the block," kata Erlina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Virus Harus Dimatikan

Kisah Pekerja Medis China di Tengah Ancaman Virus Corona
Para pekerja berpakaian pelindung berbincang di luar hotel yang digunakan dalam isolasi medis virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Senin (3/2/2020). (Chinatopix via AP)

Erlina mengatakan bahwa kasus infeksi novel coronavirus memang memiliki transmisi penularan yang cepat. "Tapi dari sisi patogeniknya atau virulensi ini tidak separah atau tidak mematikan. Karena fatality rate-nya lebih rendah dibandingkan SARS atau Mers-CoV," ujarnya

Dia menjelaskan, SARS memilki tingkat kematian hingga 10 persen. Sementara Mers-CoV mencapai 35 hingga 37 persen. Sementara, infeksi novel coronavirus terbilang kecil tidak sampai tiga persen.

Walaupun begitu, menurutnya, virus ini haruslah dimatikan. Hal tersebut agar tidak membuatnya berubah menjadi lebih kuat.

"Jadi virusnya harus dimatikan jangan dilemahkan. Karena what does not kill me, will make me stronger," kata Erlina senantiasa berseloroh.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya