Liputan6.com, Jakarta Tidak semua wanita bisa menikmati sisa-sisa hubungan seks yang memuaskan karena menyadari bahwa vagina terasa sakit. Ketidaknyamanan ini berlangsung setidaknya beberapa jam atau bahkan ke hari berikutnya.
"Rasa sakit setelah berhubungan seksual itu tidak biasa, terutama pada wanita yang lebih muda," kata dokter ob-gyn di New Jersey, Donnica Moore, MD, dilansir dari Health pada Jumat, (21/2/2020).
Baca Juga
Ia merekomendasikan, apabila itu berlangsung selama 24 jam, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui apakah ada infeksi. Infeksi jamur dan penyakit menular seksual diketahui menyebabkan sengatan dan rasa terbakar, dan gejala-gejala tersebut kemungkinan akan terasa lebih buruk setelah berhubungan seksual.
Advertisement
Namun, jika ketidaknyamanan itu hilang secara cepat dan tidak menimbulkan pendarahan atau keluar cairan yang tidak biasa lainnya, mungkin bisa mengabaikan mengesampingkan efek sampinyanya.
Berikut alasan mengapa kamu merasa sakit setelah berhubungan seks dan langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mencegahnya kembali lagi.
Anda tidak cukup terangsang sebelum berhubungan seks
Kurangnya lubrikasi selama hubungan seksual adalah penyebab nomor satu dari rasa sakit setelah berhubungan seksual.
"Kadang-kadang kita terbawa suasana saat ini dan tidak selalu menyadari berapa banyak gesekan yang mungkin terjadi saat berhubungan seks," ujar Moore.
Jadi, sebelum melakukan hubungan seks, pastikan untuk menikmati banyak foreplay, sehingga vagina tidak membengkak dan cukup dilumasi.
Namun, jika memerlukan bantuan, jangan ragu untuk menggunakan pelumas. Jika menggunakan kondom, jangan lupa untuk tetap dilumasi.
Seks terlalu akrobatik
Bagian dari sensasi seks adalah bereksperimen dengan posisi yang berbeda.Â
"Namun, dalam kesibukan dan kegembiraan mencoba beberapa gerakan yang fleksibel dan akrobatik," ujar dokter ob-gyn di New Jersey.
Sangat memungkinkan bahwa seseorang berakhir dengan posisi yang memberikan tekanan ekstra pada vagina atau vulva. Itu pada gilirannya dapat membuat vagina terasa sakit sesusahnya.
Sementara setiap tubuh wanita berbeda, Mooree menyarankan untuk tidak berhubungan seks dari belakang, yang menurutnya dapat menciptakan tekanan dan gesekan ekstra di vagina. Perlu juga untuk selalu memberitahu pasangan apakah dia akan menembusmu pada sudut yang tidak bekerja dengan baik atau tidak.
Â
Simak Video Menarik Berikut Ini
Reaksi alergi
Ini bukan mitos, seseorang benar-benar bisa alergi terhadap air mani pasangan. Kondisi ini secara medis dikenal dengan hipersensitivitas protein plasma seminal manusia. Meskipun ini jarang terjadi, tetapi tidak ada cara untuk menguji alergi semen.
"Jadi saya biasanya memberitahu pasien saya untuk berkesperimen dengan kondom untuk melihat apakah gejalanya hilang," ucap profesor klinis ob-gyn di Yale School of Medicine, Mary Jane Minkin, MD.
Ada juga beberapa wanita yang alergi terhadap produk yang berhubungan dengan seks, seperti kondom lateks, pelumas beraroma, dan spermisida. Jika mencurigai adanya alergi dari salah satu barang tersebut, segera untuk membilas vagina untuk menghilangkan alergen dan melihat apakah itu mmebantu.
Minkin menyarankan, berhenti menggunakan produk tersebut apabila memang benar itu pemicu dari terasa sakitnya vagina karena alergi.
Adanya kista
Dalam kasus ekstrem, rasa sakit setelah berhubungan seks bisa disebabkan oleh kista.
Pertumbuhan jinak yang dipenuhi cairan yang menghalangi salah satu dari dua kelenjar Bartholin yang terletak di kedua sisi vagina. Kelenjar kembar ini mengeluarkan cairan untuk membantu melumasi vagina sebelum melakukan hubungan seks.
Jika kista Bartholin menjadi penyebabnya, seseorang akan merasakan luka bakar di satu sisi dan mungkin melihat pertumbuhan bola kecil tepat di dalam lubang vagina.
"Jika kelenjar Bartholin tersumbat, mungkin ada pembengkakan, tetapi itu tidak mungkin akan terjadi secara seragam di kedua sisi," ujar Moore.
Maka, jika seseorang berpikir memiliki kista Bartholin, Minkin merekomendasikan untuk duduk di bak air hangat. Itu akan membantu mengeringkan cairan. Apabila itu tidak berhasil, periksan ke dokter ob-gyn.
Â
Â
Penulis : Vina Muthi A.
Advertisement