Bocah 7 Tahun Meninggal Tambah Deretan Kasus DBD di Sikka, NTT

Usai kunjungan Menkes RI dikabarkan seorang anak usia 7 tahun meninggal dunia di RSUD TC.Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia akibat DBD.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2020, 17:24 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 17:24 WIB
Korban DBD meninggal dunia saat berada di ruangan mayat dan keluarga korban menangis histeris. (Foto: Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)
Korban DBD meninggal dunia saat berada di ruangan mayat dan keluarga korban menangis histeris. (Foto: Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)

Liputan6.com, Jakarta Kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini belum berakhir, kemarin Senin (9/3/2020) pukul 19.40 petang, usai kunjungan Menkes RI dikabarkan seorang anak usia 7 tahun meninggal dunia di RSUD TC.Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia akibat DBD.

Kematian ini menambah daftar panjang akibat DBD menjadi 14 orang dan jumlah total kasus DBD di kabupaten Sikka saat ini mencapai 1.216 orang, pasien yang di rawat di rumah sakit saat ini mencapai 114 pasien DBD dan sudah sembuh mencapai 1.068 orang.

DBD di kabupaten Sikka sudah masuk fase ke-4 dan trennya sudah mulai menurun pada minggu ke-8,9 dan 10 dan sekarang kita sudah masuk pada minggu-11 hari ke-2, mudah-mudahan dengan gerakan masal Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat menekan lajunya tingkat DBD di kabupaten Sikka.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Petrus Herlemus ditemui media Liputan6.com, Selasa (10/3/2020) siang di ruangan kerjanya membenarkan bahwa kemarin ada anak meninggal dunia akibat DBD, seorang anak perempuan Theresia B C.Putrino (7) dari desa Watugong, kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka.

"Korban tersebut merupakan pasien rujukan rumah sakit Kewapante dengan kondisi sok grade 3, langsung di rujuk di RSUD TC.Hillers dan tidak sampai 1X24 jam meninggal dunia," ungkapnya.

 

Sudah sakit seminggu

Kasus DBD di Sikka NTT Meningkat
Ruangan transit pasien di RSUD TC Hillers Maumere. (Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)

Petrus mengungkapkan, kematian anak ini merupakan faktor keterlambatan orangtua bawah ke fasilitas kesehatan karena melalui informasi, korban ini sudah sakit sejak seminggu sebelumnya sehingga datang tidak langsung ke puskesmas atau ke rumah sakit tetapi dibiarkan di rumah dan kurang ada kontrol dan pengawasan dari orangtua.

Sementara Dokter Spesialis Anak, Mario B Nara, dihubungi media Liputan6.com, Selasa (10/3/2020) sore membenarkan bahwa pasien yang meninggal akibat DBD kemarin, Senin (9/3/3/2020) sore benar meninggal di rungan ICU RSUD TC.Hillers Maumere.

"Iya tadi malam jam 19.40 Theresia B C.Putrino (7) asal Desa Watugong kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka meninggal di ICU rujukan RS Kewapante dengan DBD grade 3+ ensefalopati dengue perdarahan saluran pencernaan,"ujarnya.

"Pasien dirujuk dari Rumah Sakit Kewa dengan kondisi shock berulang dan dirujuk ke RSUD TC.Hillers Maumere. Dan di IGD sempat shock dan masuk di ICU berulang dan tidak bisa tertolong akirnya meninggal dunia," pungkasnya.

 

Dionisius Wilibardus

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya