COVID-19 Ganggu Imunisasi, 80 Juta Anak Terancam Difteri, Campak, dan Polio

WHO mengatakan, COVID-19 membuat sekitar 80 juta anak di bawah satu tahun terancam penyakit karena terganggunya program imunisasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Mei 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2020, 13:00 WIB
Ilustrasi imunisasi (iStockphoto)
Ilustrasi imunisasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa pandemi COVID-19 membuat layanan imunisasi anak di seluruh dunia terganggu. Situasi ini membuat anak-anak di dunia berisiko terhadap penyakit seperti difteri, campak, dan polio.

Berdasarkan data yang dihimpun WHO bersama sejumlah lembaga seperti UNICEF, Gavi, dan Sabin Vaccine Institute, terhambatnya penyediaan layanan imunisasi rutin akibat pandemi COVID-19 di sekitar 68 negara, kemungkinan mempengaruhi sekitar 80 juta anak di bawah satu tahun.

Mereka mengungkapkan, sejak Maret 2020, layanan imunisasi anak rutin telah terganggu dalam skala global yang mungkin belum pernah terjadi sejak dimulainya program perluasan imunisasi pada tahun 1970-an.

Dilansir dari laman resmi WHO pada Senin (25/5/2020), 53 persen dari 129 negara tempat dikumpulkannya data melaporkan gangguan sedang, parah, hingga penangguhan total layanan vaksinasi selama Maret sampai April 2020.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Mengendurkan Kemajuan

Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)
Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa imunisasi adalah salah satu alat pencegahan penyakit yang paling kuat dan mendasar dalam sejarah kesehatan masyarakat.

"Gangguan pada program imunisasi dari pandemi COVID-19 mengancam mengendurkan kemajuan dalam beberapa dekade, terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti campak," ujarnya.

Alasan Terganggunya Program Vaksinasi

20160628-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Ada beberapa alasan terganggunya layanan vaksinasi. Beberapa orangtua dilaporkan enggan meninggalkan rumah karena pembatasan aktivitas, kurangnya informasi, atau karena takut terinfeksi virus corona.

Selain itu, banyak petugas kesehatan tidak tersedia karena pembatasan perjalanan, pemindahan tugas untuk menangani COVID-19, serta kurangnya alat pelindung diri.

Seth Berkley, CEO Gavi mengatakan COVID-19 membuat kemajuan di bidang imunisasi dan pencegahan penyakit terancam. Kondisi ini berisiko memunculkan kembali penyakit seperti campak dan polio.

"Program imunisasi tidak hanya akan mencegah lebih banyak wabah, namun juga memastikan bahwa kita memiliki infrastruktur yang kita perlukan untuk meluncurkan vaksin COVID-19 dalam skala global," kata Berkley.

Pembatasan Perjalanan

Ilustrasi anak diberi vaksinasi.
Ilustrasi anak diberi vaksinasi. (iStockphoto)

Pembatasan penerbangan atau perjalanan juga dinilai menjadi salah satu penyebab terlambatnya vaksin dan memperburuk situasi.

Maka dari itu, UNICEF mengimbau pemerintah, swasta, industri penerbangan, dan pihak terkait lain untuk membebaskan pengiriman vaksin dengan biaya yang terjangkau.

"Kita memiliki vaksin yang efektif terhadap campak, polio, dan kolera," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Ford.

"Sementara keadaan mungkin mengharuskan kita untuk menghentikan sementara beberapa upaya imunisasi, imunisasi ini harus dimulai kembali sesegera mungkin atau kita berisiko menukar satu wabah mematikan dengan wabah lain," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya