New Normal dan Bayang-bayang Gelombang Kedua COVID-19

Bersiap New Normal, tapi ada bayangan juga soal gelombang kedua COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Mei 2020, 14:32 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2020, 14:30 WIB
Jakarta Menuju Kenormalan Baru
Sejumlah kendaraan terjebak kepadatan arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo menyebut, Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Gorontalo sedang bersiap menjalankan kenormalan baru (New Normal). Kabar terbaru, ada 102 kabupaten/kota yang sudah dikategorikan aman dari COVID-19 dan boleh menerapkan New Normal. Lantas seperti apa New Normal?

Menurut pengamat kesehatan Hasbullah Thabrany, New Normal secara ringkas menandakan sebuah kemajuan dari suatu kehidupan yang dijalani. Dalam hal ini, sebuah kehidupan yang berubah dengan sangat cepat.

Namun, New Normal terkait COVID-19 pun juga menimbulkan bayang-bayang gelombang kedua COVID-19.

"Kita bisa menjalani New Normal, tapi kita tetap berhadapan dengan risiko seperti penyakit TBC, hipertensi, demam berdarah dengue, dan lainnya. Apalagi saat ini belum ada vaksin dan obat khusus untuk mengobati COVID-19," jelas Hasbullah dalam webinar Life Post COVID-19: What does the New Normal looks like? ditulis Minggu (31/5/2020).

"Perilaku orang bisa membuat cemas, apakah kita bisa keluar dari situasi COVID-19. Ada korelasi antara provinsi dan nasional. Saya cemas, saat New Normal, kita juga dihadapkan pada arus balik mudik."

Banyak orang yang masih tidak disiplin. Mudik di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Ini menjadi salah satu kecemasan saya. Bisa saja berpotensi terjadi gelombang kedua COVID-19," lanjut Hasbullah.

Tetap Jalani Perilaku Hidup Sehat

Melihat Penerapan New Normal di Sumarecon Mall Bekasi
Petugas melayani tiket parkir pengunjung di Sumarecon Mall Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/5/2020). Penerapan New Normal akan diterapkan mulai dari penggunaan masker, Social Distancing, hingha pembatasan jumlah pengunjung 50 persen dari biasanya. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Agar kita menuju New Normal, tetap berperilaku hidup sehat menjadi salah satu upaya yang penting. Menjaga imunitas adalah penting, terlebih lagi kita belum ada vaksin dan obat yang dengan cepat mengobati COVID-19.

"Selain itu, jika kita tidak paranoid, maka kita bisa menjalani New Normal. Jerman, contohnya, mereka sudah sudah mulai New Normal. Orang-orang sudah bisa bekerja dengan batasan-batasan tertentu, yang pasti tetap memerhatikan protokol kesehatan," tambah Hasbullah.

"Perilaku hidup sehat sebenarnya bisa mencegah kita dari paparan virus lalu. Di Amerika Serikat juga sudah bisa melanjutkan New Normal."

Ia mengatakan, perilaku hidup sehat pun mencegah dari penyakit-penyakit lain.

"Kita tentunya tidak ingin orang selamat dari COVID-19, tapi meninggal karena malaria, tuberkulosis (TBC), hipertensi dan lainnya," ujarnya.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya