Dokter Italia Sebut Virus Corona Penyebab COVID-19 Tak Sekuat Sebelumnya

Pernyataan dari dokter Italia mengenai kemampuan virus corona penyebab COVID-19 yang berbeda tersebut mendapatkan kontra dari WHO

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 03 Jun 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2020, 08:00 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Banyak negara tengah mempertimbangkan pembukaan kembali maupun pelonggaran pembatasan kegiatan yang sebelumnya dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Masih ada perdebatan mengenai hal ini. Salah satunya adalah kemampuan penularan virus corona penyebab COVID-19.

Salah satu pernyataan muncul dari dokter senior Italia Alberto Zangrillo. Kepala Rumah Sakit San Raffaele Milan di Lombardy ini mengatakan, kemampuan virus corona COVID-19 saat ini sudah tidak sekuat sebelumnya.

Zangrillo mengatakan, pernyataan tersebut berdasarkan pasien-pasien baru yang terinfeksi dengan gejala yang lebih lemah daripada bulan lalu.

"Swab yang dilakukan selama 10 hari terakhir menunjukkan viral load secara kuantitatif benar-benar sangat kecil dibandingkan dengan satu atau dua bulan lalu, kata Zangrillo seperti dikutip dari Sky News pada Selasa (2/6/2020).

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Kemampuan Virus yang Berbeda

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Beberapa dokter di Italia juga mengungkapkan pandangan serupa dengan Zangrillo.

"Kekuatan virus itu pada dua bulan yang lalu bukanlah kekuatan yang sama dengan yang dimiliki saat ini," kata Matteo Bassetti, kepala klinik penyakit menular di rumah sakit San Martino.

Zangrillo mengatakan, beberapa pakar terlalu khawatir mengenai gelombang kedua infeksi virus corona baru ini.

"Saya menyadari dengan sangat sadar bahwa ini adalah tragedi untuk pasien yang tidak selamat, namun kita tidak dapat terus memberikan semua perhatian pada profesor yang memproklamirkan diri ketimbang ahli virologi dan pekerja rumah sakit yang sebenarnya," kata Zangrillo.

"Secara klinis, virus itu tidak ada lagi. Saya siap menyebutkan nama saya pada pernyataan itu," ujarnya.

WHO Kontra

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (biru/pink) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Pernyataan ini menimbulkan kontra dari World Health Organization (WHO). Ahli epidemiologi WHO Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa pernyataan Zangrillo tidak didukung oleh bukti ilmiah.

Van Kerkhove mengatakan bahwa tidak ada data yang menunjukkan bahwa virus corona baru ini berubah secara signifikan baik terkait penularan atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubah, dalam hal keparahan, itu tidak berubah," kata Van Kerkhove dikutip dari Channel News Asia.

Martin Hibberd, profesor penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan bahwa penelitian yang melihat perubahan genetik pada virus SARS-CoV-2 tidak mendukung gagasan bahwa mereka menjadi melemah.

"Dengan data dari lebih dari 35 ribu genom virus, saat ini tidak ada bukti bahwa ada perbedaan signifikan terkait dengan tingkat keparahan," kata Hibberd pada CNA.

Kemungkinan Interaksi Virus dan Inang yang Berbeda

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (abu-abu) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Zangrillo, yang dikenal sebagai dokter pribadi mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi mengatakan bahwa temuannya didukung oleh penelitian yang dilakukan sesama peneliti, Massimo Clementi, Ia mengatakan, studi tersebut akan dipublikasikan pada pekan depan.

"Kami tidak pernah mengatakan bahwa virus telah berubah, kami mengatakan bahwa interaksi antara virus dan inangnya telah benar-benar berubah," kata Zangrillo.

Ia menyebut, hal ini bisa saja disebabkan oleh karakteristik virus yan berbeda yang menurutnya belum teridentifikasi, atau karakteristik yang berbeda pada orang-orang yang terinfeksi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya